Otak Manusia dan Fungsinya

1:05:00 AM Add Comment

 

Bagian-bagian Anatomi Otak Manusia

Otak merupakan organ penting pada tubuh. Bisa dibilang, semua emosi, sensasi, aspirasi, dan apapun yang kamu rasakan berasal dari otak. Setiap bagian otak dan fungsinya tentunya sangat berpengaruh terhadap kerja sistem organ lain dalam tubuh.  Selain itu, otak juga menjadi salah satu komponen sistem saraf pusat. Organ satu ini terhubung ke sumsum tulang belakang. Cara kerja otak dan hubungannya dengan bagian sistem saraf pusat inilah yang membuat kamu dapat menafsirkan informasi, sehingga bisa memahami dan mengartikan apa yang terjadi pada kondisi sekitar.

Secara garis besar, ada 3 bagian utama pada otak, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brainstem). Penjelasannya sebagai berikut ;

 

1.      Otak besar (cerebrum)

Seperti namanya, cerebrum adalah bagian otak yang paling besar. Bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu otak sisi kanan dan kiri. Bagian kanan memiliki peran untuk mengendalikan pergerakan tubuh pada sisi kiri, sedangkan bagian kiri berperan sebagai kendali gerakan tubuh pada sisi kanan.  Cerebrum memiliki tanggung jawab atas banyak proses, termasuk:

a)      Memulai dan mengendalikan gerakan.

b)      Berpikir

c)      Emosi.

d)      Menyelesaikan masalah.

e)      Belajar. 

 

Selain itu, cerebrum juga bertanggung jawab atas kepribadian seseorang. Jika kamu mengalami trauma pada bagian otak ini, khususnya pada lobus frontal, orang lain seperti teman dan keluarga mungkin melihat ada perubahan sikap, suasana hati, dan emosi pada dirimu. Otak besar juga memiliki area permukaan luar yang bernama cerebral cortex. Area ini menjadi tempat sel saraf membuat suatu koneksi yang populer dengan istilah sinaps, sistem saraf yang menjadi pengendali aktivitas pada otak. Sementara itu, cerebrum bagian dalam berupa sel saraf berselubung atau mielin. Fungsinya adalah menyampaikan semua informasi antara bagian otak dan saraf pada tulang belakang. Korteks serebral memiliki banyak lipatan dan permukaan yang luas dan besar, bahkan menyumbang hampir 50 persen dari total berat otak. Korteks serebral memiliki empat lobus, yaitu:

a)      Lobus frontal. Area ini berfungsi mengendalikan bahasa, fungsi motorik, memori, kepribadian, dan fungsi kognitif lainnya.

b)      Lobus temporal. Berisi area wernicke yang bertanggung jawab untuk memahami bahasa dan memroses ingatan, emosi, serta berperan dalam pendengaran dan persepsi visual. 

c)      Lobus parietal. Berfungsi memroses apa yang kamu lihat dan dengar, serta menafsirkan informasi sensorik lainnya. 

d)      Lobus oksipital. Bagian ini berfungsi menginterpretasikan informasi visual dan berisi korteks visual.

Korteks serebral terbuat dari materi abu-abu, yaitu tempat otak memroses informasi yang memiliki bubungan (gyri) dan lipatan (sulci). Bersama-sama, keduanya mengakomodasi pertumbuhan otak yang cepat pada manusia selama proses evolusi bertahun-tahun. 

2.      Otak kecil (cerebellum)

Cerebellum atau “otak kecil” berada pada bagian bawah otak besar, tepatnya pada bagian belakang kepala. Otak kecil berfungsi mengatur keseimbangan dan gerakan yang kamu pelajari, seperti berjalan dan memencet tombol, tapi tidak dapat memulai gerakan.  Adapun, cerebellum sensitif terhadap alkohol. Itulah sebabnya orang yang terlalu banyak minum alkohol akan mengalami masalah keseimbangan, terutama saat berjalan. Sementara itu, beberapa penelitian mengatakan bahwa otak kecil juga berperan dalam pembelajaran dan pengambilan keputusan.

3.      Batang otak (brainstem)

Bagian otak dan fungsinya berikutnya adalah batang otak, yang terdiri dari otak tengah, pons, dan medulla oblongata. Semuanya menghubungkan otak besar ke sumsum tulang belakang. 

a)      Otak tengah. Bertanggung jawab atas beberapa fungsi penting, seperti pendengaran dan gerakan. Otak tengah juga membantu merumuskan respons terhadap perubahan lingkungan, yang mencakup potensi ancaman. 

b)      Pon. Berperan dalam berbagai fungsi tubuh, seperti produksi air mata, berkedip, memfokuskan penglihatan, keseimbangan, dan ekspresi wajah. Bahkan 10 saraf kranial muncul dari pons yang terhubung ke wajah, leher, dan tubuh.

c)      Medulla oblongata. Berperan mengatur fungsi biologis yang penting untuk bertahan hidup. Misalnya, irama jantung, aliran darah, dan pernapasan. Bagian otak ini juga mendeteksi perubahan kadar oksigen dan karbondioksida darah. Respon reflektif seperti muntah, menelan, dan batuk juga berasal dari medulla oblongata.

 

4.      Bagian Otak Lainnya

Tidak hanya tiga bagian utama, bagian otak dan fungsinya juga termasuk beberapa hal berikut:

1)      Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal memiliki warna bening dan jernih. Bagian ini bertugas untuk mengelilingi dan melindungi bagian otak serta saraf tulang belakang. Tidak hanya itu, cairan serebrospinal juga berperan untuk membawa nutrisi dari darah menuju ke otak, dan menghilangkan limbah serta sisa metabolisme dari otak.  Cairan ini terbentuk pada ventrikel otak. Jumlahnya secara langsung berada pada kendali jaringan otak. 

2)      Meninges

Selanjutnya adalah meninges, lapisan atau membran tipis yang fungsinya sebagai penutup dan pelindung otak maupun saraf tulang belakang. Meninges memiliki 3 lapisan, yaitu duramater (lapisan luar yang paling tebal), arachnoid (membran tengah yang tipis), dan piamater (lapisan paling dalam).

 

3)       Corpus callosum

Bagian otak dan fungsinya yang tidak kalah pentingnya adalah corpus callosum. Bagian ini merupakan seikat serabut saraf yang ada pada belahan otak kiri dan kanan. Serabut saraf ini menjadi penghubung yang membentuk komunikasi antara kedua belahan otak tadi.

 

4)       Talamus

Lalu, ada pula talamus, struktur otak tengah dengan dua bagian atau lobus. Talamus berperan sebagai pemancar untuk sebagian besar informasi yang masuk dan berjalan pada otak dan semua sistem saraf tubuh. 

5)       Hipotalamus

Berikutnya, hipotalamus, struktur berukuran kecil yang terdapat pada bagian tengah otak, tepatnya pada sisi bawah talamus. Hipotalamus bertugas untuk mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, sistem reproduksi, emosi, pola tidur, nafsu makan, dan produksi hormon.  Oleh karena memiliki peran yang sangat penting untuk kehidupan, sudah pasti kamu harus menjaga kesehatan organ satu ini dengan baik. Sebab, gangguan pada salah satu bagian otak bisa memicu terganggunya fungsi tubuh. 

6)       Kelenjar hipofisis (pituitari)

Pituitari atau kelenjar hipofisis merupakan organ berukuran kacang polong yang letaknya pada bagian dasar otak. Bagian ini bertugas untuk membuat hormon untuk mengatur sekaligus stimulasi kelenjar lain pada tubuh sehingga bisa bekerja optimal.  Adapun kelenjar yang diatur oleh pituitari adalah kelenjar adrenal dan kelenjar tiroid. Sementara itu, kelenjar hipofisis menghasilkan hormon seperti oksitosin, prolaktin, TSH, FSH, LH, hormon pertumbuhan, antidiuretik, dan adreno kortikotropin. 

 

7)       Ventrikel

Bagian otak dan fungsinya yang lainnya adalah ventrikel, ruangan yang isinya cairan pada bagian dalam otak. Terdapat 4 ventrikel pada otak, yaitu 2 ventrikel samping pada belahan otak besar, otak tengah, dan bagian belakang.  Ventrikel akan saling terhubung satu dengan lainnya melalui serangkaian tabung. Sementara itu, cairan yang ada dalam ventrikel selanjutnya disebut dengan cairan serebrospinal. 

 

8)       Kelenjar pineal

Selanjutnya, kelenjar pineal, kelenjar berukuran kecil yang terdapat pada ventrikel otak. Kelenjar ini berperan penting dalam produksi hormon melatonin yang memengaruhi pola tidur dan sistem reproduksi. 

9)       Saraf kranial

Kemudian, saraf kranial pada otak yang terdiri dari 12 pasang dengan fungsi yang sangat spesifik pada bagian kepala dan leher. Sepasang saraf kranial pertama ada pada otak besar, sedangkan 11 pasang yang lain ada pada batang otak.  Saraf kranial memiliki banyak fungsi. Bagian otak dan fungsinya ini termasuk mengontrol gerak otot wajah dan mata, menjaga keseimbangan tubuh, mengontrol otot dan kerja organ tubuh, dan memengaruhi indera pendengaran dan perasa. 

 

10)   Sistem limbik

Terakhir, sistem limbik yang bertugas untuk mengontrol rasa marah, takut, dan berpengaruh pada daya ingat seseorang.  Oleh karena fungsinya yang canggih dan sangat rumit, sampai saat ini belum ada ahli yang bisa mengetahui fungsi otak secara penuh. Inilah mengapa masih terus dilakukan banyak studi untuk mengetahui bagian otak dan fungsinya lebih jauh lagi. 

 


KEMENKES RI Sahkan Vaksin Sinopharm C-19 2022

5:18:00 PM Add Comment
Vaksin Omicron


Tambah Regimen Baru Vaksin Booster, Total Ada 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Dipakai di Indonesia. Pemerintah telah resmi menambahkan regimen vaksin booster, yakni vaksin Sinopharm. Dengan demikian ada 6 jenis regimen vaksin booster yang digunakan di Indonesia.

Keenam regimen tersebu antara lain vaksin Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, Moderna, Janssen (J&J), dan vaksin Sinopharm. Pelaksanaan vaksinasi booster dapat dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota bagi masyarakat umum.

Pemberian dosis booster dilakukan melalui dua mekanisme antara lain Homolog, yaitu pemberian dosis booster dengan menggunakan jenis vaksin yang sama dengan vaksin primer dosis lengkap yang telah didapat sebelumnya. Sementara Heterolog, yaitu pemberian dosis booster dengan menggunakan jenis vaksin yang berbeda dengan vaksin primer dosis lengkap yang telah didapat sebelumnya.

Regimen dosis booster yang dapat diberikan yaitu jika vaksin primer Sinovac, maka vaksin booster bisa menggunakan 3 jenis vaksin antara lain AstraZeneca separuh dosis (0,25 ml), Pfizer separuh dosis (0,15 ml), dan Moderna dosis penuh (0,5 ml).

Vaksin primernya AstraZeneca maka boosternya bisa menggunakan vaksin Moderna separuh dosis (0,25 ml), vaksin Pfizer separuh dosis (0,15 ml), dan vaksin AstraZeneca dosis penuh (0,5 ml). Vaksin primer Pfizer, untuk booster bisa menggunakan vaksin Pfizer dosis penuh (0,3 ml), Moderna separuh dosis (0,25 ml), dan AstraZeneca dosis penuh (0,5 ml).

Vaksin primer Moderna, booster dengan menggunakan vaksin yang sama separuh dosis (0,25 ml). Kemudian vaksin primer Janssen (J&J), maka untuk booster dengan menggunakan Moderna separuh dosis (0,25 ml).

Selanjutnya vaksin primer Sinopharm booster nya menggunakan vaksin Sinopharm juga dengan dosis penuh (0,5 ml).

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi mengatakan vaksin booster yang digunakan berdasarkan ketersediaan di setiap daera.

"Vaksin yang digunakan untuk dosis booster ini disesuaikan dengan ketersediaan vaksin di masing-masing daerah dengan mengutamakan vaksin yang memiliki masa expired terdekat. Di samping itu, vaksinasi dosis primer tetap harus dikejar agar dapat mencapai target," katanya di Jakarta, Senin (28/2).

Tata cara pemberian, tempat pelaksanaan, alur pelaksanaan dan pencatatan vaksinasi COVID-19 tetap mengacu pada Surat Edaran Nomor HK.02.02/II/252/2022 tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan (Booster).


Sumber :

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat drg. Widyawati, MKM Kemenkes


Penjelasan Lengkap Tentang STUNTING

2:35:00 AM Add Comment


Biologi Kehidupan


Kondisi serius pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak di bawah rata-rata atau anak sangat pendek serta tubuhnya tidak bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya dan berlangsung dalam waktu lama, itulah Stunting. Mari kita bahas bersama pada pembahasan dibawa ini :

 

A.      Apa itu stunting?

Stunting adalah kondisi kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek pada anak balita (di bawah 5 tahun). Anak yang mengalami stunting akan terlihat pada saat menginjak usia 2 tahun.  Seorang anak dikatakan mengalami stunting apabila tinggi badan dan panjang tubuhnya minus 2 dari standar Multicentre Growth Reference Study atau standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Selain itu, Kementerian Kesehatan RI menyebut stunting adalah anak balita dengan nilai z-skor nya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD (severely stunted).

 

B.       Memahami darurat stunting di Indonesia

 Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi yang dilansir dari situs Kemenkes RI, pada 2016 angka prevalensi stunting di Indonesia sebesar 27,5 persen. Artinya sekitar 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting. Bahkan pada 2017 angkanya meningkat menjadi 29, 6 persen. Angka ini menempatkan Indonesia berada pada status kronis. Sebab WHO mengklasifikasikan negara mengalami status kronis jika angka prevalensinya melebihi 20 persen. Angka ini juga menempatkan Indonesia di posisi teratas angka stunting terparah di Asia tenggara. Negara tetangga kita yakni Malaysia, angka prevalensinya hanya 17,2 persen.

 

C.      Dampak stunting pada anak

 Selain pertumbuhan yang terhambat, stunting pada anak juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan juga sosial di masa depan. Dilansir dari Buletin Stunting Kemenkes RI tahun 2018 berikut beberapa dampak stunting.

Ø    Dampak stunting pada anak jangka pendek:

a)        Meningkatkan potensi sakit dan kematian pada anak

b)        Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak menjadi terhambat dan tidak optimal

c)        Meningkatkan biaya kesehatan.

Ø    Dampak stunting pada anak jangka panjang:

a)    Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, lebih pendek ketimbang orang-orang seusianya

b)    Meningkatkan risiko obesitas dan mengidap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kanker, dan lain-lain.

c)     Kesehatan reproduksi yang menurun

d)    Kapasitas belajar dan performa yang tidak optimal saat masa sekolah

e)     Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal saat dewasa.

 

 Dilansir dari laporan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), stunting juga memiliki dampak panjang pada pertumbuhan negara. Dari produktivitas rendah bisa mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi yang nantinya bisa meningkatkan angka kemiskinan dan memperlebar angka ketimpangan ekonomi.

 

D.  Penyebab stunting

 Stunting tidak terjadi begitu saja, melainkan dimulai dari janin hingga sang anak menginjak usia 2 tahun. Minimnya asupan nutrisi pada usia 1.000 Hari Pertumbuhan Anak (HPK) menjadi faktor utama penyebab stunting pada anak. 

 

1)        Kurangnya edukasi soal asupan gizi saat hamil

 Kurangnya pengetahuan ibu terkait kesehatan, pentingnya gizi saat kehamilan, dan pemenuhan gizi anak menjadi faktor yang penting. Selain minimnya edukasi, kurangnya pemenuhan gizi ini bisa juga terkait dengan status ekonomi keluarga.

 

2)        Kurangnya gizi saat bayi lahir hingga usia 2 tahun

 Kurangnya edukasi ibu terkait pengetahuan tentang kehamilan dan anak, mengakibatkan kurangnya pemenuhan gizi anak pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan.

1.000 HPK artinya dimulai sejak janin tumbuh hingga anak lahir dan menginjak usia 2 tahun.  Dilansir dari data TNP2TK, 60 persen anak usia 0-6 bulan tidak mendapat ASI secara eksklusif. Dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping ASI (MPASI). Padahal bayi butuh nutrisi yang cukup untuk bisa tumbuh optimal.

 

3)        Kondisi kesehatan ibu yang buruk

Selain kurangnya asupan nutrisi pada ibu hamil, kondisi kesehatan juga bisa meningkatkan potensi stunting. Dilansir WHO, ibu yang mengalami malaria, HIV/AIDS, dan cacingan berpotensi meningkatkan risiko stunting pada anak. Begitu pula dengan ibu yang mengalami hipertensi.

Selain itu, wanita yang hamil pada usia remaja juga berisiko. Sebab akan terjadi semacam persaingan perebutan nutrisi antara tubuh ibu yang masih dalam tahap pertumbuhan dan juga si jabang bayi.

 

4)         Sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk

 Kondisi sanitasi, kebersihan lingkungan, dan akses air bersih yang buruk bisa meningkatkan potensi terjadinya infeksi penyakit. Seperti diare dan malaria. Kebersihan yang minim ini menyebabkan tubuh harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melawan sumber penyakit. Penyakit infeksi yang disebabkan hygiene atau buruknya sanitasi bisa mengganggu penyerapan nutrisi pada sistem pencernaan.

 

5)         Akses air bersih

 Kebutuhan akan air bersih juga bisa mencegah anak dan keluarga dari risiko infeksi penyakit. Setiap keluarga harus memiliki sumber air yang layak. Sumber air layak artinya tersedianya air minum, hydrant umum, terminal air, penampang air hujan, mata air/sumur terlindung, atau sumur bor/pompa, yang jaraknya 10 meter dari pembuangan kotoran atau limbah.

 

6)        Infeksi penyakit

 Dilansir WHO, salah satu penyebab stunting adalah infeksi penyakit. Penyakit seperti diare, penyakit pernapasan seperti pneumonia, dan cacingan, bisa memengaruhi pertumbuhan anak.

Data menyebut, seorang anak yang mengalami diare lebih dari 5 kali sebelum menginjak usia 2 tahun telah menjadi penyebab 25 persen anak yang mengalami diare di dunia. Infeksi penyakit dan paparan berlebih pada bakteri ini juga menyebabkan dampak medis lain pada anak. Mulai dari inflamasi, kerusakan pada sistem pencernaan, dan semakin berkurangnya kemampuan untuk menyerap nutrisi.

 

E.     Solusi pencegahan stunting di Indonesia

 WHO menyebut bahwa stunting tidak dapat disembuhkan, namun bisa kita cegah. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan stunting.

 

1)        Kesehatan ibu yang baik

Untuk melahirkan bayi yang sehat, maka seorang ibu harus memastikan kondisi kesehatannya optimal pula.  Sebab ada siklus atau intergenerational cycle yang menjadi penyebab stunting terus terjadi dari generasi ke generasi. Terutama lebih berisiko pada wanita yang memiliki masalah kesehatan berikut:

a)         Kurang gizi saat lahir

b)         Mengalami stunting saat usia anak

c)         Hamil saat usia remaja

d)         Bekerja berlebihan saat hamil

e)         Akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

f)          Dan tak mampu berikan ASI secara optimal.

 

Maka dari itu jika kamu para calon ibu yang sudah berkeinginan memiliki keturunan, mulailah untuk jaga kesehatan diri sejak sekarang dan edukasi diri dengan baik.

 

2)        Memenuhi asupan gizi ibu hamil

Pemenuhan gizi anak harus dimulai sejak janin. Oleh karena itu ibu harus memastikan dirinya mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang. Asupan gizi yang kurang bisa sebabkan pertumbuhan janin yang tidak maksimal. Pertumbuhan janin yang tak maksimal bisa tingkatkan risiko keguguran. Dilansir Kemenkes RI, ibu hamil pada umumnya kekurangan energi dan protein. Maka dari itu disarankan untuk mengonsumsi makanan yang tinggi TKPM alias tinggi kalori, protein, dan mikronutrien.  Jangan lupa juga untuk melakukan cek kesehatan dan cek kandungan secara rutin ke dokter, bidan, atau petugas medis lain yang kompeten.

 

 

 

 

3)         Pentingnya ASI eksklusif untuk pencegahan stunting

  Saat bayi lahir, sangat disarankan untuk melakukan IMD atau Inisiasi Menyusui Dini. Di mana dalam rentang 1 jam pasca lahir, tempatkan bayi pada dada sang ibu dengan posisi telungkup.

Berikan bayi ASI eksklusif, sebab pada tahap ini susu ibu mengandung banyak kolostrum yang sangat baik bagi pertumbuhan dan sistem imunitas bayi ke depannya. WHO menyarankan ibu memberikan ASI eksklusif mulai saat bayi lahir hingga bayi berusia 6 bulan. Lalu meneruskannya hingga sang anak berusia 2 tahun. Tahukah Moms, dilansir WHO ada dampak buruk pada bayi di bawah 6 bulan yang tidak diberi ASI eksklusif. Mereka 15 kali lebih berpotensi meninggal akibat pneumonia, dan 11 kali berisiko meninggal akibat diare.

 

4)        Memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI)

  Setelah bayi melewati usia 6 bulan, disarankan untuk mulai memberikan makanan pendamping ASI. WHO menyarankan bayi berusia 6-23 bulan mengonsumsi sekurangnya 4 dari 7 kelompok jenis makanan. Mulai dari serealia/umbi-umbian, kacang-kacangan, produk olahan susu, telur, sumber protein lainnya, sayur dan buah kaya vitamin A, sayur dan buah lainnya. Pemberian MPASI juga tak boleh sembarangan, harus sesuai dengan ketentuan Minimum Meal Frequency (MMF) yang disarankan WHO. Berikut uraiannya:

 

Frekuensi pemberian MPASI pada bayi yang masih diberi ASI:

a)    Usia 6-8 bulan : 2 kali sehari atau lebih

b)    Usia 9-23 bulan : 3 kali sehari atau lebih

Frekuensi pemberian MPASI pada bayi yang sudah tidak diberi ASI:

a)       Usia 6-23 bulan : 4 kali sehari atau lebih

5)         Rajin ke posyandu

       Saat bayi masih dalam tahap 1.000 hari pertama kehidupan, jangan lupa untuk rutin mengunjungi Posyandu maupun fasilitas medis lainnya. Lakukan pengecekan kesehatan dan pertumbuhan bayi secara rutin. Jangan lupa konsultasikan setiap perkembangan anak dengan petugas medis untuk mencegah stunting. Selain itu, jangan lupa untuk memberikan imunisasi secara lengkap agar anak lebih kebal terhadap berbagai infeksi penyakit.

 

 

6)         Menjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan

       Saat ibu hamil lalu melahirkan dan menyusui, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi. Lakukan mulai dari kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun. Saat anak lahir, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan segala peralatan sang bayi. Mulai dari pakaian, perlengkapan mandi, peralatan makan, dan lain-lain. Langkah menjaga kebersihan ini bisa menghindari ibu dan bayi dari potensi terkena berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti diare.

 

7)         Jaga kebersihan makanan

Selain kebersihan lingkungan dan sanitasi, jangan lupa untuk jaga kebersihan makanan yang ibu dan bayi konsumsi. Sebab makanan yang tidak terjaga kebersihannya bisa terpapar mycotoxins. Mycotoxins adalah zat kimia berbahaya yang dihasilkan oleh jamur yang ada pada makanan. Zat ini bisa sebabkan infeksi penyakit yang mengganggu pertumbuhan. Selain itu pastikan makanan disimpan pada tempat tertutup, dalam wadah yang bersih, dan suhu yang baik. Sebab jika tidak, bakteri bisa tumbuh dan berkembang. Jika itu terjadi, risiko anak terkena infeksi penyakit meningkat. Hal ini bisa berpengaruh pada pertumbuhan anak yang tidak bisa berkembang optimal.

 

 

Unggulan Post

Warna Feses Bisa Menunjukkan Kondisi Kesehatan Anda.

Karikatur Fese dalam usus manusia  Feses merupakan hasil kotoran dari proses pencernaan. Kotoran ini terdiri dari sisa-sisa makanan yang tid...