MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN TRANSPIRASI

5:30:00 AM Add Comment
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
50Transpirasi adalah proses pengeluaran air oleh tumbuhan, dan optimum terjadi pada organ daun. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap laju transpirasi, seperti kelembaban udara, paparan radiasi sinar matahari, suhu, luas permukaan daun, iklim (angin), serta ketersediaan air. Pada siang hari, tumbuhan tentu bertranspirasi optimum di bandingkan dengan malam hari, dikarenakan paparan sinar radiasi yang besar mampu meningkatkan tekanan turgo sel-sel daun tumbuhan, hingga tekanan turgor sel punutp pada stomata, sehingga stomata cenderung terbuka di siang hari.
Suatu ketika apabila pada waktu perkembangannya, tumbuhan kekurangan suplai air, maka kandungan air dalam tumbuhan menurun dan laju perkembangannya yang ditentukan oleh laju semua fungsi-fungsi yang juga menurun. Sekalipun dalam tumbuhan yang sedang tumbuh aktif, kekurangan air dapat menjadi faktor pembatas bagi perkembangannya, tetapi keadaan kekeringan masih memiliki dampak positif bagi hidup dan ketahanan hidup suatu organisme. Bersamaan dengan menurunnya aktivitas sel, kepekaannya terhadap faktor-faktor fisik dan kimia dari lingkungannya juga berkurang. Oleh karena itu, walaupun biji-biji kering tidak akan berkecambah, mereka juga tidak akan mati oleh suhu tinggi atau rendah yang dapat menjadikan letal bagi tumbuhan vegetatif.

1.2   Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum pada kali ini adalah untuk melihat dan mengamati faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju transpirasi dari suatu tumbuhan.

BAB II
DASAR TEORI

Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui kutikula dan lentisel (Dardjat dan Arbayah, 1996:61). Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme regulasi dan adaptasi terhadap kondisi internal dan eksternal tubuhnya, terutama terkait dengan kontrol cairan tubuh, penyerapan dan transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan.
 Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal antara lain adalah ukuran daun, tebal tipisnya daun, ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata (Dwidjoseputro, 1994:92), termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Dardjat dan Arbayah, 1996:64), gradient potensial air tanah - jaringan – atmosfer, serta adanya zat-zat toksik di lingkungannya.
 Menurut Goldworthy dan Fisher (1992:61-63), pembukaan stomata dipengaruhi oleh karbondioksida, cahaya, kelembaban, suhu, angin, potensial air daun dan laju fotosintesis. Mekanisme kontrol laju kehilangan air atau transpirasi dapat dilakukan dengan cara mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural daun yang dapat mengurangi proses kehilangan air dan mengatur konduktivitas stomata. Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara. Jumlah stomata beragam pada daun tumbuhan yang sama dan juga pada daerah daun yang sama (Estiti, 1995:68).

BAB III
METODE KERJA

1.        Cuci alat fotometer dengan deterjen sampai bersih.
2.        Isi tabung fotometer dengan air sambil menekan-nekan reservoir sehingga udara di dalam tabung reservoir keluar.
3.        Pilih salah satu cabang tanaman Acalypa yang mempunyai diameter batang besarnya sama dengan diameter lubang pada tutup karet fotometer dan berdaun cukup antara 15-25 helai.
4.        Masukkan pangkal cabang ke dalam lubang pada tutup botol karet sampai pangkal batang tersebut kira-kira 5 cm di bawah tutup botol fotometer. Sambil dimasukkan ke dalam air pangkal cabang Acalypa tersebut dipotong sepanjang 2 cm.
5.        Pasang cabang Acalypa tersebut pada fotometer dengan cara sebagai berikut : fotometer dipenuhi dengan air, ujung kapiler dimasukkan ke dalam gelas piala kecil berisi air kemudian pasangkan tutup botol karet yang sudah dipasang cabang Acalypa pada fotometer.
6.        Tutup botol fotometer dan dibubuhi vaselin hingga merata dan dijaga agar jangan sampai ada gelombang udara pada botol fotometer.
7.        Biarkan tanaman bertranspirasi kemudian ujung kapiler diangkat sebentar dari gelas piala sehingga terbentuk gelembung udara yang kecil pada ujung pipa. Ujung pipa kemudian dimasukkan kembali ke dalam gelas piala.
8.        Kembalikan gelembung udara pada posisi semula (ujung pipa) dengan menekan reservoir secara perlahan-lahan (untuk mempermudah pasang penjepit pada reservoir).
9.        Tentukan laju transpirasi pada keadaan :
a.         Laboratorium
b.        Di depan kipas angin
c.         Disorot dengan lampu
d.        Pulas permukaan daun dengan vaselin
e.         Pulas permukaan bawah daun dengan vaselin
f.         Setiap keadaan diulang 2x.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan data percobaan yang telah dilakukan tanggal 25 April 2014, maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut :
Keadaan Lingkungan
Air yang ditranspirasikan (mm/detik)
I
II
Laboratorium
Kipas Angin
Cahaya
Permukaan atas daun dilapisi vaselin
Permukaan bawah daun dilapisi vaselin


4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, kami melakukan pengamatan tentang faktor-faktor lingkungan terhadap laju transpirasi. Keadaan lingkungan yang diujikan terhadap tanaman Acalypa ialah kondisi laboratorium, kipas angin, cahaya lampu sorot, permukaan atas daun dan permukaan bawah daun yang dilapisi vaselin. Untuk menghitung laju transpirasi diperoleh dengan memperhitungkan jarak yang ditempuh per satuan waktu. Setiap perlakuan diulang dua kali setiap 5 menit(300 detik) sekali.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jumlah air yang ditranspirasikan per satuan waktu pada penggunaan vaselin di permukaan bawah daun memiliki laju transpirasi yang tertinggi dibandingkan dengan keadaan lingkungan yang lain. Hasil ini tidak sesuai dengan teori maupun literature, karena kondisi cahaya terhadap daun Acalypa yang seharusnya memiliki laju transpirasi yang tertinggi. Hal ini dikarenakan praktikan yang kurang teliti dalam melakukan pengukuran jumlah air yang ditranspirasikan. Pada perlakuan cahaya, laju transpirasi yang diperoleh tidak begitu tinggi karena pada ruangan praktikum terdapat kipas angin yang dinyalakan, baik yang berada di ruangan, maupun yang digunakan oleh kelompok lain, sehingga dapat mempengaruhi laju transpirasi tanaman yang sedang diujicobakan.
Stomata lebih banyak terdapat pada permukaan bawah daun. Penggunaan vaselin pada permukaan bawah daun akan menutup stomata sehingga stomata sulit bertranspirasi. Proses transpirasi berlangsung selama fotosintesis terjadi, yaitu sewaktu stomata daun membuka untuk pertukaran gas antara karbon dioksida dan oksigen. Ketika tanaman berada di dalam kondisi gelap, maka laju transpirasi akan berkurang dibandingkan apabila tanaman terpapar cahaya. Hal tersebut dapat terjadi karena pembukaan stomata distimulasi oleh cahaya.
Transpirasi merupakan proses yang penting, serta merupakan tenaga penggerak yang mendorong naiknya air dan bahan mineral lainnya dari akar menuju daun. Naiknya material-material tersebut berkorelasi untuk melaksanakan biosintesis dalam rangka menyuplai fotosintesis, dan mendinginkan daun. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata dan hanya sedikit transpirasi terjadi apabila stomata menutup. Kutikula hanya melepaskan sejumlah kecil uap air, karena kutikula dari banyak macam daun sangat tidak permeable terhadap air.
Menurut Ismail (2011) radiasi  matahari sangat penting bagi reaksi cahaya dalam fotosintesis. Disamping itu, radiasi dapat menimbulkan panas. Panas yanng diterima oleh daun digunakan sebagai sumber energi bagi transpirasi. Untuk menguapkan 1 gr air, dibutuhkan lebih dari 500 kalori energi panas. Oleh karena it transpirasi memiliki pengaruh mendinginkan daun tumbuhan. Radiasi matahari diterima oleh daun melalui tiga cara yaitu cahaya (langsung, pantulan atau sebaran), radiasi panas (dari atmosfer, tanah atau benda-benda di sekeliling tumbuhan) dan aliran udara panas yang melewati daun.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa air yang ditranspirasikan per satuan waktu pada penggunaan vaselin di permukaan bawah daun memiliki laju transpirasi yang tertinggi dibandingkan dengan keadaan lingkungan yang lain yang tidak sesuai dengan teori. Pada praktikum perlakuan cahaya laju transpirasi yang diperoleh tidak begitu tinggi karena banyak faktor yang dapat mengganggu pada proses respirasi cahaya seperti dalam ruangan pada kipas angin yang dinyalakan. Kehilangan air oleh transpirasi pada keadaan tertentu dapat merusak tumbuhan tersebut namun transpirasi juga mempunyai pengaruh yang baik bagi pertumbuhan tumbuhan, selain dapat menjaga suhu dibawah tingkat yang mematikan juga meningkatkan absorb air oleh akar sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan laju absorb ion hara mineral.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, Jane B Reece dam Lawrence G Mitchell. 2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dwidjoseputro. (1994). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Goldsworthy, P. R. dan Fisher, N. M. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Indradewa, Didik dan Eka Tarwaca Susila Putra. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Power point Fisiologi Tumbuhan UI, Jakarta.
Ismail. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Kimball, John W. 2000. Biologi Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Prawiranata, W , Said Harran, Pin Tjondronegoro. (1991). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
Salisbury, Frank B. dan Clean W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi ITB, Bandung







MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN POTENSIAL AIR

5:22:00 AM Add Comment
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Air merupakan komponen dan penunjang utama kehidupan makhluk hidup terutama tumbuhan . Semua proses fisiologi di dalam jaringan tumbuhan tidak akan terjadi tanpa adanya air yang berperan penting dalam proses tersebut. Air memiliki peranan penting diantaranya berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan organi, bahan utama dalam proses fotosintesis dan lain-lain. Jika tumbuhan mengalami kekurangan air maka proses pertumbuhan dan perkembangan tidak akan terjadi secara normal. Proses pemasukan air ke dalam tumbuhan secara difusi dapat terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi yaitu konsentrasi di dalam sel tumbuhan lebih rendah dibandingkan konsentrasi yang berada di luar sel tumbuhan
Potensial air merupakan suatu pernyataan dari status energy bebas air, suatu ukuran daya yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu system, seperti pada jaringan tumbuhan, tanah, atmosfir atau dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu system. Potensial air di dalam jaringan tumbuhan dapat ditentukan dengan cara merendam potongan jaringan tumbuhan dalam dalam larutan sukrosa atau larutan non elektrolit yang diketahui konsentrasinya.  Untuk dapat mengetahui keadaan potensial air dan pergerakan air di dalam jaringan tumbuhan maka dilakukan praktikum pengukuran potensial air di dalam jaringan tumbuhan dengan menggunakan potongan kentang (Solanum tuberosum) yang direndam dalam larutan sukrosa dengan beberapa konsentrasi yang berbeda

1.2   Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum pada kali ini adalah untuk melihat dan mengamati faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju transpirasi dari suatu tumbuhan.

BAB II
DASAR TEORI

Sistem yang menggambarkan tingkah laku air dan pergerakan air dalam tanah dan tubuh tumbuhan didasarkan atas suatu hubungan energy potensial. Air mempunyai kapasitas untuk melakukan kerja, yaitu akan bergerak dari daerah dengan energy  potensial tinggi ke daerah dengan energy potensial rendah. Energy potensial dalam sistem cairan dinyatakan dengan cara membandingkannya dengan energy potensial air murni. Karena air dalam tumbuhan dan tanah biasanya secara kimia tidak murni, disebabkan oleh adanya bahan terlarut dan secara fisik dibatasi oleh berbagai gaya, seperti gaya tarik-menarik yang berlawanan, gravitasi, dan tekanan, maka energy potensialnya lebih kecil dari pada energi potensial air murni (Gardner, 1991)
Potensial kimia adalah energy bebas per mol substansi di dalam suatu system kimia. Oleh karena itu, potensial kimia suatu sengawa di bawah kondisi tekanan dan temperatur konstan tergantung kepada jumlah mol substansi yang ada. Dalam hal hubungan air dan tanaman, potensial kimia dari air sering dinyatakan dengan istilah “ potensial air ”. Selanjutnya, bila potensial kimia dapat dinyatakan sebagai ukuran energi dari suatu substansi yang akan bereaksi atau bergerak, maka potensial air merupakan ukuran dari enegi yang tersediadi dalam air untuk bereaksi atau bergerak. Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untukmolekul difusi ( Anonim, 2010)
Potensial air murni adalah nol (0), adanya beberapa substansi yang terlarut di dalam air tersebut akan menurunkan potensial airnya, sehingga potensial air dari suatu larutan adalah kurangdari nol. Definisi ini hanya berlaku pada tekanan atmosfir. Apabila tekanan di sekitar sistem di tingkatkan atau di turunkan, maka secara otomatis potensial air akan naik atau turun sesuai dengan perubahan tekanan tersebut (Anonim, 2011)
Pada fisiologi tanaman  hal biasa untuk menunjukkan energi bebas yang di kandung di dalam air adalah dalam bentuk potensial air (ψ). Definisi dari potensial air adalah energi per unit volume air, potensial air berbanding lurus dengan suhunya (Fitter, A.h 1981)
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oelah 4 macam komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic dan tekanan. Potensial gravitasi bergantung pada air didalam daerah gravitasi, potensial matriks bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotic bergantung pada hidrostatik  atau tekanan angin dalam air (Deragon, 2005)
  
BAB III
METODE KERJA

1.    Siapkan 12 gelas piala, masing-masing diisi dengan 100 ml dari larutan berikut : aquades, 0,05, 0,10, 0,20, 0,25, 0,30, 0,35, 0,40, 0,45, 0,50, 0,60 M sukrosa.
2.    Tahap-tahap berikut harus dilakukan dengan cepat : buat 12 silinder umbi kentang dengan bor masing-masing sepanjang 4 cm. Sebaiknya 12 silinder tersebut berasal dari 1 umbi kentang saja. Letakkan dalam wadah tertutup.
3.    Potonglah satu silinder kentang dengan silet menjadi irisan-irisan tipis dengan tebal 1-2 mm.
4.    Bilas irisan kentang dengan air destilata dengan cepat, keringkan dengan kertas handuk dan timbang. Selanjutnya masukkan ke dalam salah satu larutan sukrosa yang telah disiapkan. Lakukan ini pada tiap-tiap silinder kentang untuk masing-masig larutan berikutnya.
5.    Setelah dua jam direndam, keluarkan irisan-irisan tersebut, keringkan dengan kertas handuk kemudian timbang. Lakukan ini untuk semua contoh percobaan.
6.    Hitung perbuhan dengan rumus :
% perubahan = berat akhir – berat awal  x 100%
                                         Berat awal
7.    Kemudian buat grafik dan plotkan persen perubahan berat pada ordinat dan konsentrasi larutan sukrosa pada absis.
8.    Hitung dahulu potensial osmotic masing-masing larutan sukrosa dengan rumuÒ° s = - M i R T, dimana :
M = molaritas dari larutan sukrosa
  = konsentrasi ionisasi, untuk sukrosa = 1
R = konstanta gas (0,831 bar/derajat mol)
T = suhu mutlak 0C, 273K)
9.    Kemudian tentukan dengan menginterpolasikan dari grafik, konsentrasi sukrosa yang tidak menghasilkan perubahan berat. Hitunglah Ò° s dari larutan ini. Nilai Ò° s tersebut sebanding dengan potensial air jaringan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Larutan
Berat Jaringan
Awal (g)
Akhir (g)
Perubahan (%)
á´ªs (bar)
Sukrosa (M)
-
0,05
2,06
2,5
21,35
-1,2465
0,10
2,03
2,15
5,9
-2,493
0,20
2,4
32,5
4,16
-4,986
0,25
2,4
2,4
0
-6,2325
0,30
2,07
2,31
11,59
-7,479
0,35
3,35
0,42
-86,67
-8,7255
0,40
2,23
1,89
-15,24
-9,972
0,45
1,75
1,25
-28,57
-11,2185
0,50
2,09
1,9
-9,09
-12,465
0,60
1,25
0,95
-24
-14,958


Rumus :
            % Perubahan     =        berat akhir-berat awal             x          100%
                                 berat awal

Sukrosa (M) :
0.05 = x 100% = 21,35%
0,10 = x 100% = 5,9%
0.20 = x 100% = 4,16%
0.25 =  x 100% = 0
0,30 =  x 100% = 11,59%
0.35 =  x 100% = -86,67%
0,40 =  x 100% = -15,24%
0.45 =  x 100% = -28,57%
0.50 =  x 100% = -9,09%
0,60 =  x 100% = -24%


Rumus Perhitungan potensial air di jaringan umbi kentang

          ¥S1 = -M i R T             
0,05     = -0,05 x 1 x 0,0831 x 300 = - 1,2465  
0,1       = -0,10 x 1 x 0,0831 x 300 = - 2,493
0,2       = -0,20 x 1 x 0,0831 x 300 = - 4,986    
0,25     = -0,25 x 1 x 0,0831 x 300 = - 6,2325        
0,3       = -0,30 x 1 x 0,0831 x 300 = - 7,479    
0,35     = -0,35 x 1 x 0,0831 x 300 = -  8,7255
0,4       = -0,40 x 1 x 0,0831 x 300 = -  9,972     
0,45     = -0,45 x 1 x 0,0831 x 300 = -  11,2185     
0,5       = -0,50 x 1 x 0,0831 x 300 = -  12,465 
0,6       = -0,60 x 1 x 0,0831 x 300 = -  14,958  

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan tentang penetapan potensial air jaringan tumbuhan dengan metode volume jaringan. Potensial air merupakan parameter untuk mengetahui status air di dalam jaringan tumbuhan dan pergerakan air di dalam sistem tumbuhan, tanah, dan atmosfer. Metodenya menggunakan bahan tanaman umbi kentang dimulai dari mengebor umbi kentang sebanyak 12 kali dengan masing-masing panjangnya 4 cm dan dipotong menjadi 10 bagian lalu direndam kedalam air destilata dengan beberapa konsentrasi. Konsentrasi yang digunakan yaitu 0,05, 0,10, 0,20, 0,25, 0,30, 0,35, 0,40, 0,45, 0,50, 0,60.
Fungsi larutan sukrosa yang berbeda konsentrasinya pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap potensial air jaringan tumbuhan yang merupakan penyebab terjadinya osmosis karena osmosis merupakan peristiwa difusi dimana antara dua tempat tersedianya difusi dipisahkan oleh membran atau selaput. Difusi merupakan perpindahan molekul atau ion yang berbeda konsentrasinya, yaitu dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sedangkan osmosis merupakan proses difusi air (perpindahan air) pada organisme dimana molekul yang berdifusi harus menerobos pori-pori membran plasma yang bersifat semi permeabel (Kustiyah: 2007). Fungsi kita menggunakan larutan sukrosa bukan larutan yang lain pada percobaan ini karena sukrosa merupakan larutan non elektrolit yang memiliki bobot molekul besar, sehingga akan sulit untuk diabsorbsi oleh membran sel. Pada percobaan ini nilai potensial matriks dan potensial tekanan(turgor) diabaikan.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini bahwa larutan dengan konsentrasi 0.35, 0.40, 0.45, 0.50, 0.60 memiliki nilai perubahan yang bernilai negatif yaitu berat umbi kentang sebelum direndam dengan larutan sukrosa dengan konsentrasi di atas lebih berat dari pada umbi kentang yang  telah di rendam dengan larutan tersebut karena ada penyusutan berat jaringan, air keluar dari sel menuju larutan sukrosa, sehingga keadaan ini dinamakan larutan hipertonis dengan solute yang lebih tinggi. Pada larutan dengan konsentrasi 0,05, 0,10, 0,20, 0,25, dan 0,30 memiliki nilai penambahan berat, karena berat umbi kentang sebelum dan setelah perendaman sama saja, dimana tidak ada pemindahan zat dari jaringan sel ke larutan sukrosa, sehingga keadaan ini dinamakan juga dengan larutan isotonik.
Jika potensial osmosis di luar sel lebih besar dari pada di dalam sel, maka air akan berdifusi ke dalam sel, sehingga larutan menjadi hipotonis (praktikum ini bukan konsentrasi larutan yang mengalami hipotonis). Dan jika potensial osmosis diluar sel lebih kecil dari pada didalam sel, maka air akan berdifusi keluar dan sel akan mengalami plasmolisis, kondisi ini disebut hipertonis. pada praktikum ini terjadi pada konsentrasi ,0,35, 0,40, 0,45, 0,50, 0,60) dan jika potensial air didalam dan diluar sel sama, maka tidak ada pergerakan air maka larutan ini mengalami isotonis (pada praktikum ini terjadi pada larutan dengan konsentrasi 0,05,0,10,0,20,0,25,dan 0,30).
BAB V
KESIMPULAN

Pada hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa larutan dengan konsentrasi 0.35, 0.40, 0.45, 0.50, 0.60 memiliki nilai perubahan yang bernilai negatif, yang mengalami penyusutan berat jaringan sehingga keadaan tersebut dinamakan dengan larutan hipertonis dengan solut yang lebih tinggi. Sedangkan larutan dengan konsentrasi 0,05, 0,10, 0,20, 0,25, dan 0,30 memiliki nilai penambahan berat, yang dimana tidak ada pemindahan zat dari jaringan sel sehingga keadaan tersebut disebut dengan larutan isotonik. Sehingga nilai potensial matriks dan potensial tekanan(turgor) diabaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, Jane B Reece dam Lawrence G Mitchell. 2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dwidjoseputro. (1994). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Filter, W.G. 1989. Fisiologi Lingkungan Tumbuhan. Gadjah mada University press : Yogykarta

Goldsworthy, P. R. dan Fisher, N. M. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hidayat, Syarif A. 2009. Laporan Pengukuran Potensial Air Jaringan Tumbuhan. Universitas Negeri Makasaar : Makassar
Indradewa, Didik dan Eka Tarwaca Susila Putra. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Power point Fisiologi Tumbuhan UI, Jakarta.
Ismail. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Kimball, John W. 2000. Biologi Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Salisbury, Frank B. dan Clean W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.


Unggulan Post

Warna Feses Bisa Menunjukkan Kondisi Kesehatan Anda.

Karikatur Fese dalam usus manusia  Feses merupakan hasil kotoran dari proses pencernaan. Kotoran ini terdiri dari sisa-sisa makanan yang tid...