- Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang tumbuh
di tempat yang tidak dikehendaki oleh manusia, juga sebagai tumbuhan yang
kehadirannya pada lahan pertanian dapat menurunkan hasil tanaman produksi dan
menyerangnya secara perlahan tapi pasti melalui kompetisi terhadap air, unsur
hara, cahaya dan ruang tumbuh (Soerjani et al. 1996).
Meskipun demikian di
Indonesia kerugian tanaman akibat gulma kurang disadari oleh petani maupun petugas yang bekerja di
bidang pertanian, hal ini dikarenakan kerugaian akibat gulma berbeda dengan
organisme pengganggu tanaman yang diakibatkan oleh hama dan penyakit, secara
visual dapat dilihat melalui pengaruh
serangannya begitu
drastis pada tanaman.
Menurut Muhabibah
(2009), gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki
terutama di tempat manusia bermaksud mengusahakan tanaman budidaya. Keberadaan
gulma pada areal tanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi
kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma adalah
penurunan hasil pertanian akibat persaingan dalam perolehan air, unsur hara dan
tempat hidup, penurunan kualitas hasil, menjadi inang hama dan penyakit,
membuat tanaman keracunan akibat senyawa racun atau alelopati.
Pada saat ini
alternatif pengendalian gulma yang berwawasan lingkungan sedang marak
dilakukan. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan mencari potensi senyawa
golongan fenol dari tumbuhan lain sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bioherbisida. Selain itu efek dari bioherbisida ini tidak terkena secara
langsung terhadap tanaman budidaya dan mempunyai peluang kecil untuk
menyebabkan pencemaran (Rahayu, 2003)
Tanaman babandotan
merupakan tanaman yang banyak ditemui di lahan pertanian dan dapat menimbulkan
kerugian bagi pertumbuhan tanaman pertanian, ternyata babandotan dapat
digunakan sebagai pestisida nabati yang aman dan ramah lingkungan , sekaligus
dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berlebihan, biaya produksi dan
dampak buruk terhadap kesehatan petani dan lingukungan.(Menurut,...) Babandotan
mengandung senyawa....
Penggunaan babandotan (Ageratum conyzoides) jenis
daunnya perlu diteliti terhadap
pertumbuhan rumput teki (Cyperus rotundus). Penggunaan daun
babandotan (Ageratum conyzoides) sebagai ekstrak dalam skala besar tidak
akan menimbulkan persaingan dengan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.(
Imam, dan T. Handoko 2011) perlu dikaji
lebih lanjut mengenai pengaruh dari ekstrak daun babandotan (Ageratum conyzoides) terhadap
pertumbuhan gulma teki (Cyperus rotundus) untuk mengetahui dosis yang
sesuai.
- Tujuan Penelitian
Untuk
mengetahui daya hambat dari ekstrak daun babandotan terhadap pertumbuhan gulma
rumput teki dan untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak daun
babandotan (Ageratum conyzoides) dapat menghambat gulma rumput teki (Cyperus
rotundus)
- Manfaat Penelitian
Dapat
mengetahui pemanfaatan ekstrak daun babandotan terhadap pertumbuhan gulma
rumput teki dan dapat mengetahui konsentrasi yang tepat untuk menghambat gulma
rumput teki.
- Hipotesis Penelitian
Ekstrak
daun babandotan dapat menghambat pertumbuhan gulma rumput teki dengan
konsentrasi tertentu.
0 Komentar