Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang
tersebar luas hampir pada semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu
atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik
(Harborne, 1984). Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit kayu dari
tumbuh-tumbuhan.
Kadar
alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi
ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa
warna, sering kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya
sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar (Sabirin, et al.,1994).
Garam
alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak
berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik
aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun
dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan
mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya
(Padmawinata, 1995).
Ada juga
alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina. Sebagian
besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga mempunyai sifat farmakologi.
Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat
penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetiklokal,
dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan, 1969).
Alkaloid
telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama
karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang
farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa
pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut
(Padmawinata, 1995):
1.
Alkaloid berfungsi sebagai hasil
buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan
(salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
2.
Beberapa alkaloid mungkin bertindak
sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami
metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
Suatu cara mengklasifikasi alkaloid adalah
didasarkan pada jenis cincin heterosiklik
nitrogen yang terikat. Menurut klasifikasi ini alkaloid dibedakan menjadi
; pirolidin (1), piperidin (2), isoquinolin (3), quinolin (4) dan indol (5).Alkaloid
pada umumnya berbentuk kristal yang tidak berwarna, ada juga yang berbentuk
cair seperti koniina (6), nikotin (7). Alkaloid yang berwarna sangat jarang ditemukan
misalnya berberina (8) berwarna kuning. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa
ini mudah terdekomposisi terutama oleh panas, sinar dan oksigen membentuk
N-oksida. Jaringan yang masih mengandung lemak, maka dilakukan ekstraksi
pendahuluan petroleum eter.
Uji alkaloid
dilakukan dengan cara melarutan ekstrak uji sebanyak 2 mL diuapkan di
atas cawan porselin hingga di dapat residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 mL
HCl 2 N. Larutan yang didapat kemudian dibagi ke dalam 3 tabung
reaksi. Tabung pertama ditambahkan dengan HCl 2 N yang berfungsi sebagai
blanko. Tabung kedua ditambahkan pereaksi Dragendorff sebanyak 3 tetes dan
tabung ketiga ditambahkan pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Terbentuknya
endapan jingga pada tabung kedua dan endapan putih hingga kekuningan
pada tabung ketiga menunjukkan adanya alkaloid (Jones and Kinghorn,
2006)
Sampel dikatakan mengandung alkaloid
jika reaksi positif yang membentuk endapan sekurang-kurangnya dua reaksi dari golongan reaksi
pengendapan yang dilakukan. Sebagian besar alkaloid tidak larut atau sedikit
larut dalam air, tetapi bereaksi dengan asam membentuk garam yang larut dalam air.
Alkaloid bebas biasanya
larut dalam eter atau kloroform maupun pelarut nonpolar lainnya kebanyakan
berbentuk kristal, meskipun ada beberapa yang amorf dan hanya sedikit yang
berupa cairan pada suhu kamar. Garam alkaloid berbentuk kristal. Alkaloid
biasanya tidak berwarna dan memiliki rasa pahit (Setiawan, 2013).
0 Komentar