Omicron |
Salah
satu penelitian mengenai obat COVID-19 menunjukkan hasil menggembirakan. Glenmark
Pharmaceuticals, perusahaan farmasi global yang menggandeng Sanotize Research
& Development Corp, mengumumkan kabar gembira dari uji klinis fase 3 Nitric
Oxide Nasal Spray (NONS) atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Enovid Nose
Sanitizer. Seperti dilansir dari Antara Kamis 10 Februari 2022, hasil baik ini
berdasar pengujian Enovid Nose Sanitizer yang dilakukan pada pasien dewasa COVID-19
di 20 lokasi di India. Fase ke-3 ini mengevaluasi kemanjuran dan keamanan
Enovid Nose Sanitizer dibandingkan semprotan hidung saline pada pasien dewasa.
Percobaan
juga menganalisis pasien dengan risiko peningkatan gejala- pasien yang tidak
divaksinasi, pasien dalam kelompok usia menengah dan lebih tua, dan pasien
dengan penyakit penyerta atau komorbid. Enovid Nose Sanitizer yang di India diberi
nama Fabispray, ternyata menghasilkan "fresh nitric oxide" saat
disemprotkan ke hidung, dirancang untuk membunuh virus COVID-19 di saluran
pernapasan atas. Nitric Oxide Nasal Spray (NONS) ketika disemprotkan di atas
mukosa hidung bertindak sebagai penghalang dan pembunuh virus, pencegah
inkubasi dan penyebaran virus ke paru-paru.
Hasilnya, jangka waktu penyembuhan COVID-19 untuk pasien yang diberikan Enovid rata-rata adalah empat hari dibandingkan dengan 8 hari pada kelompok plasebo (tidak diberikan Enovid). Penggunaan Enovid aman dan ditoleransi dengan baik oleh pasien. Tidak ada pasien yang mengalami efek samping sedang, berat, serius atau kematian dalam penelitian ini. Dr. Monika Tandon, Wakil Presiden Senior & Kepala - Pengembangan Klinis, Glenmark Pharmaceuticals Ltd., dalam siaran pers pada Kamis mengatakan bahwa hasil dari uji coba Fase 3 ini sangat memberi dampak yang bagus. "Demonstrasi pengurangan viral load memiliki dampak yang sangat membantu. Dalam skenario ini, dengan varian baru yang muncul menunjukkan transmisibilitas tinggi, Enovid memberikan opsi yang berguna dalam perjuangan India melawan COVID-19," katanya.
Sementara itu, Dr. Gilly Regev selaku Co-Founder dan CEO Sanotize mengatakan hasil uji klinis selanjutnya memperkuat kemanjuran produk seperti yang ditunjukkan oleh uji coba Fase 2 di Inggris - dengan mitra globalnya, Glenmark, untuk melawan COVID-19.
Varian Baru Covid-19 (OMICRON)
Ahli
virus dari Universitas Udhayana, Prof I Gusti Ngurah Kadek Mahardika mengatakan
sejauh ini belum ada data klinis yang menunjukkan varian baru ini membuat
gejala berat pada pasien. Bagaimanapun, kemungkinan varian baru "lebih
ganas dan kurang ganas" terhadap tubuh manusia. "Potensinya dua,
yaitu lebih ganas dan kurang ganas. Jadi perubahan itu selalu dua arah, tak
pernah satu arah," kata Prof I Gusti Ngurah Kadek Mahardika. Untuk
mengetahui hal tersebut diperlukan data lebih lanjut seperti uji tantang pada
hewan coba, termasuk "data klinis dari pasien, baru kita bisa berasosiasi
dengan patologi dan gejala klinis, dan juga keganasan virus". Menteri
Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan sejauh ini dampak dari varian baru
Covid-19 ini belum terkonfirmasi.
Kemenkes mencatat sembilan negara terkonfirmasi varian Omicron dengan 128 kasus. Di antaranya sebagian negara bagian Afrika Selatan, Hongkong, Inggris, Italia, dan Belgia. "Jadi total 13 negara. Sembilan pasti ada. Empat masih kemungkinan ada," kata Menkes Budi. Untuk negara-negara yang sudah terkonfirmasi ada, yang paling banyak penerbangan ke Indonesia adalah "Hongkong, Italia, Inggris, baru Afrika Selatan." "Untuk negara-negara yang kemungkinan ada, paling besar dari Belanda, Jerman," kata Menkes Budi.
Sumber : Tempo & BBC
0 Komentar