Senjata biologi (biological weapon) adalah senjata yang menggunakan patogen (bakteri, virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh. Dalam pengertian yang lebih luas, senjata biologi tidak hanya berupa organisme patogen, tetapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan oleh organisme tertentu. Dalam kenyataanya, senjata biologi tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga hewan dan tanaman.
Pembuatan dan penyimpanan senjata biologi telah dilarang oleh Konvensi Senjata Biologi 1972 yang ditandatangani oleh lebih dari 100 negara. Alasan pelarangan ini adalah untuk menghindari efek yang dihasilkan senjata biologi, yang dapat membunuh jutaan manusia, dan menghancurkan sektor ekonomi dan sosial. Namun, Konvensi Senjata Biologi hanya melarang pembuatan dan penyimpanan senjata biologi, tetapi tidak melarang pemakaiannya.
Karena kebencian dan keserakahan manusia maka teknologi dan strategi berperang mereka menggunakan senjata biologis. Senjata biologis adalah senjata yang memanfaatkan bakteri,
virus atau organisme yang mampu menghasilkan penyakit, dengan tujuan untuk
melumpuhkan, melukai, bahkan membunuh musuh.
1.
Anthrax
Bacillus Anthracis, bakteri penyebab
Anthrax, merupakan salah satu agen bio paling mematikan dan dimanfaatkan untuk
senjata biologi. Anthrax diperkirakan telah digunakan sebagai senjata biologi
selama sekitar satu abad lalu. Tak hanya mematikan, Anthrax bisa dibilang
adalah salah satu senjata yang sangat mengerikan serta fleksibel karena tak
terlihat, menular, serta tidak berbau. Bahkan, Anthrax dalam wujud bubuk pernah
dikirim dengan sengaja lewat sistem pos di AS pada 2001. Dari 22 orang yang
terinfeksi, tujuh orang merupakan pekerja pos, dan total lima orang meninggal
akibat serangan itu. Korban Anthrax dapat mengalami gangguan kulit terasa
melepuh dan gatal, pembengkakan di sekitar kulit yang melepuh, termasuk rasa
tidak nyaman di dada, demam, menggigil, pusing, batuk, mual, muntah, sakit
perut, sakit kepala, kelelahan ekstrem, dan nyeri pada seluruh tubuh.
2.
Botulisme
Botulisme merupakan salah satu racun
paling mematikan di dunia. Racun Botulisme menjadi salah satu senjata biologis
yang relatif mudah diproduksi, karena bakteri dari racun ini bisa didapatkan
secara alami di tanah hutan, sedimen dasar danau dan sungai, serta saluran usus
dari beberapa ikan maupun hewan. Hanya dengan 1 gram racun Botulisme bisa
menewaskan 1 juta orang yang menghirupnya. Botulisme pernah digunakan kelompok
Jepang untuk menginfeksi tahanan perang mereka. Gejala Botulisme bisa sangat
parah. Otot-otot di wajah akan menjadi lumpuh, dan jika tidak ditangani,
kelumpuhan itu dapat menyebar ke seluruh tubuh bahkan mematikan otot-otot yang
digunakan untuk bernapas.
3.
Variola (cacar)
Dikenal juga dengan sebutan "wabah
merah", Variola atau cacar adalah penyakit yang sangat menular yang
menyebabkan demam tinggi, sakit kepala dan tubuh, ruam yang parah, dan bintil
yang menutupi sebagian besar tubuh. Ada dua laboratorium di dunia yang memiliki
akses langsung ke penyakit tersebut untuk tujuan penelitian, Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, dan Center for Virology
and Biotechnology Research Rusia. WHO khawatir suatu negara atau organisasi
teroris dapat menggunakan penyakit tersebut sebagai senjata biologis di masa
depan. Pada tahun 1980, pemerintah Uni Soviet mengembangkan virus cacar dalam
jumlah besar yang disimpan dalam tangki berpendingin untuk digunakan sebagai
agen senjata biologis. Ancaman penggunaan cacar sebagai senjata biologis menurun
ketika WHO meluncurkan program imunisasi global yang sukses melawan cacar tahun
1967. Meski demikian, vaksinasi tidak menghasilkan kekebalan seumur hidup dari
penyakit tersebut.
4.
Q Fever
Q Fever adalah penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Coxiella burnetii. Bakteri ini muncul secara alami dan menginfeksi
hewan seperti domba, sapi, dan kambing, menyebabkan produk sampingannya (susu,
feses, dan bahkan plasenta) terkontaminasi. Kebanyakan orang yang menelan
Coxiella burnetii tidak menunjukkan gejala, tetapi gejalanya biasanya mirip
flu. Meski pasien terinfeksi Fever Q tidak terlalu menular, AS dan Uni Soviet
mengembangkan versi senjata dari bakteri ini dalam jumlah besar. Varietas yang
dipersenjatai dibuat sangat mudah menular, dan percobaan pada manusia terbukti
sangat berhasil karena semua orang yang secara sukarela terinfeksi penyakit
tersebut memperlihatkan gejala. Pengujian Fever Q berlangsung selama dua dekade
di AS. Pada tahun 2006, CDC AS membatasi penelitian yang dilakukan di fasilitas
A&M Texas setelah ditemukan tiga peneliti tertular penyakit tersebut dan
tidak melaporkannya ke CDC sesuai yang ditentukan oleh hukum. Adapun informasi
tersebut diperoleh dari pengawas biosafety melalui Freedom of Information Act.
Untuk diketahui, varian Fever Q yang dipersenjatai dapat diobati dengan
antibiotik.
5.
Tularemia
Bakteri Francisella tularensis penyebab
Tularemia atau demam kelinci, memiliki kemampuan menginfeksi yang ekstrem,
mudah menyebar, hingga bisa menyebabkan kematian. Orang yang terkena Francisella
tularensis mengalami gejala ulkus kulit, demam, batuk, muntah, dan diare. Dr.
Kenneth Alibek, mantan ilmuwan yang terlibat dalam program senjata biologis Uni
Soviet, mengungkapkan penggunaan tularensis oleh tentara Uni Soviet melawan
pasukan Jerman dalam pertempuran Stalingrad selama Perang Dunia II. Bakteri
yang diklasifikasikan sebagai agen Kategori A itu telah dipelajari oleh unit
penelitian perang Jepang dan beberapa kekuatan militer negara-negara Barat
untuk keperluan militer.
6.
Bunyavirus
Keluarga virus Bunyaviridae ini mencakup
tiga virus: Nairovirus, Phlebovirus, dan Hantavirus. Demam berdarah Korea yang
disebabkan oleh Hantavirus pecah selama Perang Korea ketika diperkirakan tiga
ribu tentara Amerika Serikat dan Korea terinfeksi penyakit tersebut. Namun,
bukti penggunaan langsungnya sebagai senjata biologis masih belum ditemukan. Bunyavirus
menyebabkan infeksi pada manusia seperti Hanta Pulmonary Syndrome (HPS), demam
Rift Valley, dan demam berdarah Krimea-Kongo. Infeksinya ditularkan oleh
artropoda dan hewan pengerat, serta terkadang dapat menginfeksi manusia juga.
Virus Hanta penyebab HPS menyebabkan tingkat kematian hingga 50%.
7.
Yersinia pestis
Bakteri satu ini bisa menjadi senjata
biologis yang dapat menyebabkan wabah pneumonia. Gejala-gejala awal yang
ditimbulkan adalah demam, radang paru-paru yang dapat sebabkan gagal napas
hingga berujung kematian bila tidak ditangani dengan baik. Wabah semacam ini
telah digunakan sebagai senjata oleh tentara Jepang saat Perang Dunia II.
Yersinia pestis sengaja dijatuhkan di daerah-daerah sekitar China dan
Manchuria.
8.
Virus Marburg
Demam Berdarah Marburg (Marburg HF)
disebabkan oleh virus Marburg dari famili filovirus, yang juga termasuk virus
Ebola. Virus Marburg juga merupakan agen perang biologis Kategori A yang
diidentifikasi oleh sistem klasifikasi CDC dan dibawa di tubuh kelelawar buah
Afrika. Virusnya dapat diisolasi dan diproduksi sebagai senjata biologis. Uni
Soviet melakukan eksperimen dengan virus Marburg dalam bentuk aerosol untuk
mengubahnya menjadi senjata biologis operasional strategis. Para ilmuwan Soviet
dilaporkan lebih memilih Marburg daripada Coxiella burnetii (demam Q) karena
Marburg memiliki tingkat kematian kasus yang tinggi hingga 90%.
9.
Aflatoxin
Aflatoxin adalah sejumlah metabolit
berbahaya yang terkait secara struktural yang dikembangkan oleh strain jamur
tertentu. Metabolit ini menyebabkan kematian sel atau organ, hingga penyakit
hati sirosis yang mengakibatkan kegagalan fungsi hati dan kanker. Komisi Khusus
PBB (UNSCOM), pada tahun 1995 menemukan produksi Aflatoxin dan beragam
pengerahan amunisi di Irak, yang dihancurkan setelah Perang Teluk. Menurut
laporan Army Technology, metabolitnya memiliki toksisitas yang sangat rendah,
sehingga diperlukan dalam jumlah besar untuk disebarkan di medan perang untuk
menghasilkan dampak yang mematikan.
10.
Ebola
Virus Ebola pertama kali ditemukan pada
tahun 1976 di Republik Kongo dan ditransmisikan dari hewan liar ke manusia.
Ebola berpotensi dijadikan senjata biologis yang dapat menjadi ancaman besar
untuk manusia karena dapat sebabkan kematian. Ada dugaan Ebola diproduksi
sebagai senjata oleh Uni Soviet antara tahun 1986 hingga 1990. Namun sejauh
ini, dugaan tersebut masih belum bisa dibuktikan.
0 Komentar