BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kultur Jaringan
Tumbuhan merupakan mata kuliah pilihan yang ditempuh mahasiswa untuk melengkapi
jumlah SKS yang diperlukan untuk mencapai kelulusan. Kultur jaringan adalah
suatu teknik isolasi bagian tanaman (protoplasma, sel, jaringan, dan organ) dan
menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang
terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman lengkap.
Dewasa ini kultur
jaringan banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang
budidaya tumbuhan, serta perbanyakan tumbuhan sebagai bahan percobaan. Oleh
karena itu lapangan pekerjaan dalam bidang kultur terbuka bagi orang yang
berkemampuan di bidang ini. Dengan mempelajari tehnik kultur jaringan ini
diharapkan mahasiswa mendapatkan pengetahuan serta pengalaman yang dapat
digunakan di lembaga-lembaga atau perusahaan yang melibatkan proses kultur
tumbuhan.
1.2
Tujuan
Mengetahui
cara melakukan kultur jaringan tumbuhan secara aseptis sesuai prosedur.
1.3
Manfaat
Mendapatkan
wawasan serta pengalaman dalam melakukan kultur jaringan tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan
Laboratorium
kultur jaringan penting dijaga keaseptisannya dikarenakan proses kultur tidak
akan berjalan baik apabila terdapat kontaminasi dari mikroorganisme yang tumbuh
pada media kultur. Oleh karena itu dalam laboratorium perlu fasilitas-fasilitas
untuk: mencuci dan menyimpan alat-alat gelas, alat-alat plastik dan alat-alat
laboratorium yang lain., alat-alat preparasi, sterilisasi dan penyimpanan
medium, alat-alat untuk menunjang mendapatkan material tumbuhan steril., dan
fasilitas untuk menyimpan kultur dibawah kondisi terkontrol untuk suhu, cahaya,
kelembapan udara dan fasilitas untuk mengamati kultur seperti mikroskop bino
maupun monokuler.
Laboratorium kultur
jaringan sekurang-kurangnnya terdiri atas tiga ruangan. Ruangan pertama
digunakan sebagai dapur untuk preparasi bahan dan alat, termasuk di dalamnya
adalah pencucian, pengeringan dan sterilisasi alat serta pembuatan medium
beserta strilisasinya. Ruang kedua digunakan untuk aktifitas penanaman atau
pemindahan bahan tanaman ke kondisi in-vitro. Ruang ketiga digunakan untuk
menyimpan kultur dalam kondisi yang terkendali.
Ruang
preparasi
Rungan yang berfungsi untuk
membersihkan alat-alat yang diperlukan, ruang penyimpanan bahan-bahan kimia dan
alat, juga ruang untuk pekerjaan pembuatan medium.
Ruang
Tranfer/Ruang Tanam
Aktivitas di dalam
ruang transfer meliputi transfer bahan tanaman dari ex-vitro ke in-vitro
atau dari in-vitro ke ex-vitro (subkultur dalam medium baru).
Pelaksanaannya harus dilakukan secara aseptis agar dapat menghasilkan kultur
yang tidak terkontasminasi mikroorganisme.
Ruang
Kultur
Digunakan untuk
memelihara dan menginkubasi kultur in-vitro. Dalam ruang ini cahaya merupakan faktor penting untuk
fotosintesis tanaman. Sebagai sumber cahaya digunakan lampu fluorescent.
2.2
Larutan Induk Medium
Keberhasilan dalam
penggunaan metode kultur jaringan sangat bergantung pada medium yang digunkan.
Medium tidak hanya menyediakan unsur hara makro dan mikro saja tetapi juga
menyediakan unsur-unsur organik berupa karbohidrat, vitamin, asam amino,
fitohormon dan elemen organik lainnya. Salah satu komposisi medium yang sangat
populer adalah medium dari murashige dan skoog (1962)
2.3
Pembuatan Medium
Nutrien
anorganik
Merupakan unsurhara
yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mg, merupakan
bagian molekul klorofil, Ca merupakan komponen penyusun dinding sel, N
merupakan bagian penting dari asam amino, vitamin-vitamin, protein dan asam
nukleat. Sama halnya dengan Fe, Zn, dan Mo dalam bagian enzim-enzim tertentu.
Disamping itu C, H, O, serta 12 unsur yang dikenal sebagai unsur-unsur esential
untuk pertumbuhan tanaman yaitu N, P, S, Ca, K, Mn, Fei, Mn, Cu, Zn, Bo, dan
Mo. Dari 12 unsur ini, 6 unsur dibutuhkan dalam jumlah besar karena itu disebut
unsur-unsur makro. 6 unsur lainnya hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga
disebut sebagai unsur-unsur mikro.
Nutrien
Organik
Dibutuhkan untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman in-vitro. Dilaporkan bahwa thitamin (vit B1)
terbukti merupakan suatu bahan penting pada petumbuhan sel. Vitamin-vitamin
lainnya khususnya pyridoxin (vit. B6), asam nikotinat (vit B3)
serta kalsium penthotenat (vit B5) dan inositol juga terbukti bisa
meningkatkan pertumbuhan bahan-bahan tanaman dalam medium kultur.
Nutrien organik
merupakan sumber karbon yang merupkan komponen penting. Berfungsi sebagai
stabilisator osmotic agar sel-sel atau jaringan dalam kultur tidak mengalami
plasmolisis. Ditambahkan pula ZPT yaitu zat pengatur tumbuh serta agar untuk
memadatkan media kultur.
2.4
Sterilisasi Bahan Tanaman
Dilakukan untuk
membunuh kontaminan yang berada dalam bahan tanaman dengan menggunakan bahan
sterillan. Sterilisasi bahan bergantung pada beberapa hal seperti jenis
tanaman, asal tanaman, dan bagian tanaman. Demikian pula waktu yang dibutuhkan
bergantung pada hal di atas.
2.5
Tehnik Inokulasi
Keuntungan dari tehnik
ini yaitu mendapatkan tumbuhan yang sifatnya sama dengan induknya. Perbanyakan
dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu morfogenesis langsung (akan membentuk
tunas adventif) )dan tidak langsung (menjadi tunas adventif melalui tahapn
kalus).
2.6
Tehnik Subkultur
Setelah tumbuhan baru
tumbuh maka selanjutnya diterapakan tehnik subkultur. Bahan tanaman dipisah-pisahkan
kemudian dipindahkan kemedia baru dengan menggunakan spatula (untuk kalus) atau
pinset. Bahan tanaman yang dipindah dapat berupa kalus atau organ.
2.7
Aklimitasi
Tahap terakhir dari
perbanyakan tanaman melalui kultur
in-vitro adalah tahap aklimitasi. Aklimitasi merupakan suatu tahapan adaptasi
tanaman hasil kultur jaringan dari kondisi invitro ke ex-vitro
BAB III
METODE
KERJA
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan setiap hari jumat, bulan Oktober-Desember, pukul 08.00-11.30 di
Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Pakuan Bogor.
3.2
Alat dan Bahan
Peralatan
yang digunakan dalam praktikum adalah alat diseksi (pisau,pinset,scalpel),
oven, autoclave, alumunium foil, gelas piala, timbangan elektrik, laminair air
flow cabinet, PHmeter, pipet, botol kultur, labu ukur, magnetic
steerer, kertas label, kompor, panci.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum adalah alkohol 70%, aquades, chlorox 5% dan 10%,
agar-agar, berbagai komponen medium (hara makro, hara mikro, larutan Fe, nutrien
organik), zat pengatur tumbuh, kacang jogo (bahan eksplan).
3.3
Pengenalan Lab Kultur Jaringan
1. Mahasiswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang masing-masing beranggotakan tidak lebih
dari 5 orang.
2. Masing-masing
kelompok dipandu oleh dosen/asisten praktikum untuk diperkenalkan pada
alat-alat dalam laboratorium kultur jaringan serta fungsi alat-alat tersebut.
3. Untuk
alat-alat yang sifatnya khusus untuk laboratorium kultur jaringan, mahasiswa
diwajibkan menggambarnya.
3.4
Tehnik Aseptis
Sterilisasi
Lingkungan Kerja
1.
Gunakan jas praktikum
saat akan melaksanakan praktikum.
2. Dibersihkan
dahulu menggunakan desinfektan tempat kita akan melakukan aktifitas dan jaga
agar tidak banyak orang yang berlalu lalang.
3. Bersihkan
kotak tanam menggunakan alkohol 70%, selanjutnya ditutup dan nyalakan lampu
germicidal sekurang-kurangnya 2 jam sebelum digunakan.
4.
Dalam kotak tanam diisi
alat-alat pinset, scalpel, gunting dalam keadaan steril, disamping itu juga
dimasukan lampu spirtus dan alkohol 90%.
Sterilisasi
Wadah/Botol Kultur
1. Wadah
kultur berupa botol kultur, erlenmeyer, cawan petri, atau tabung reaksi dicuci
bersih menggunakan detergen cair.
2. Wadah
kultur yang sudah bersih dimasukan kedalam oven dalam posisi terbalik dan
sterilkan pada suhu 1500C selama 2 jam .
3. Wadah
kultur siap digunakan.
Sterilisasi
Alat-Alat Diseksi
1.
Alat berupa pisau,
pinset, gunting dicuci menggunakan detergen cair sampai bersih.
2. Dibungkus
satu persatu menggunakan kertas, demikian juga untuk sterilisasi kertas saring
dibungkus dengan kertas.
3. Masukan
kedalam autoclave dan sterilkan pada suhu 1500C tekanan 15 psi
selama 25 menit.
4.
Alat-alat siap
digunakan .
3.5
Pembuatan Larutan Induk Medium
Pembuatan 500 ml Larutan Induk Hara
Makro :
1. Siapkan
erlenmeyer, masukan kedalamnya aquades 300 ml dan aduk menggunakan magnetic
steerer, satu persatu elemen penyusun hara makro ditimbang dan dimasukan
kedalam erlenmeyer.
2. Setelah
semua elemen dimasukan pindahkan ke labu takar ukuran 500 ml dan tambahkan
aquades sampai tanda tera .
3. Selanjutnya
simpan dalam wadah kultur gelas berwarna gelap dan berikan label .
Pembuatan
250 ml Larutan Induk Hara Mikro:
1. Siapkan
erlenmeyer ukuran 500 ml, masukan kedalamnya aquades 100 ml dan aduk
menggunakan magnetic steerer, satu persatu elemen penyusun hara mikro ditimbang
dan dimasukan dan dimasukan kedalam erlenmeyer.
2. Setelah
semua elemen dimasukan pindahkan ke labu takar ukuran 250 ml dan tambahkan
aquades sampai tanda tera.
3. Selanjutnya
simpan dalam wadah kultur gelas berwarna gelap dan berikan label .
Pembuatan
250 ml Larutan Induk FeEDTA :
1. Larutkan
FeSO4. 7 H2O dan Na2 EDTA . 2 H2O
secara terpisah untuk pembuatan larutan induk 250 ml dalam air destilasi dengan
pemanas dan dengan pengaduk konstan.
2. Campurkan
kedua larutan, Phdiatur sampai 5,5dan tambahkan air destilasi hingga
volume mencapai 250 ml.
3. Selanjutnya
simpan dalam wadah kultur gelas berwarna gelap dan berikan label .
Pembuatan
250 ml Larutan Induk Nutrien Organik :
1. Siapkan
erlenmeyer ukuran 500 ml, masukan kedalamnya aquades 100 ml dan aduk
menggunakan magnetic steerer, satu persatu elemen penyusun nutrien organik ditimbang dan dimasukan dan dimasukan kedalam
erlenmeyer.
2. Setelah
semua elemen dimasukan pindahkan ke labu takar ukuran 250 ml dan tambahkan
aquades sampai tanda tera .
3. Selanjutnya
simpan dalam wadah kultur gelas berwarna gelap dan berikan label
3.6 Pembuatan
Medium
1. Siapkan
erlenmeyer ukuran 1000 ml dan isi dengan aquades kurang lebih 1/3 dari total
volume medium yang akan dibuat.
2. Secara
berturut-turut dimasukan larutan induk hara makro, hara mikro, FeEDTA, larutan
induk nutrien organik (myo-inositol) dan vitamin sesuai volume medium, selama
memasukan larutan isi erlenmeyer harus terus diasuk menggunakan magnetic stirer.
3. Tambahkan
zat pengatur tumbuh sesuai kebutuhan.
4. Pindahkan
larutan ke labu takar dan tambahkan aquades sampai mendekati tanda tera dan
atur ph antara 5,6-5,8. Apabila terlalu asam tambahkan HCL 0,1 N, jika terlalu
basa tambahkan NaOH 0,1 N.
5. Tempatkan
media sampai tanda tera dengan menambahkan aquades.
6. Tuangkan
kembali ke dalam erlenmeyer lalu tambahkan agar-agar yang sudah ditimbang
sesuai kebutuhan.
7. Panaskan
media sampai agar-agar larut.
8. Medium
dibagikan dalam wadah kultur sesuai volume yang ada kurang lebih 1/5 volume
botol kultur yang digunakan. Wadah kultur kemudian ditutup menggunakan
alumunium foil .
9. Wadah-wadah
kultur yang sudah berisi medium kemudian dipindahkan ke kernjang yang sesuai
dan selanjutnya disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 1210 C
dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
10. Setelah 15 menit, medium dibiarkan dingin
sampai temperatur 600 C baru kemudian dituangkan kedalam wadah
kultur dibawah kondisi aseptik.
11. Medium dibiarkan dingin sampai temperatur
kamar dan selanjutnya disimpan pada temperatur 40 C .
3.7 Penanaman
Eksplan
1. Masukan
bahan tanaman yang sudah steril, alat-alat diseksi (pisau,gunting,scalpel dan
pinset) dalam wadah steril, beberapa cawan petri steril, alkohol 70% kedalam
laminair air flow cabinet. Sebelumnya matikan lampu germicidal dan nyalakan
lampu serta blower.
2. Sebelum
tangan masuk kedalam laminair semprot terlebih dahulu dengan alkohol 70%.
3. Letakan
dengan pinset (dibakar dulu dengan api spiritus) kacang jogo yang sudah
disterilisasi dalam cawan petri.
4. Kupas
bagian kulit kacang dan daging buah menggunakan pinset steril, kemudian ambil
embrio kacang jogo yang akan dijadikan bahan eksplan.
5. Ambil
botol kultur yang sudah disiapkan, buka didepan nyala api dan dengan
menggunakan pinset letakan eksplan pada medium agar dengan posisi berdiri tegak
.
6. Setelah
itu sisi botol kultur dibakar agar tetap steril lalu ditutup kembali
rapat-rapat hingga alumunium foilnya tidak dapat bergeser-geser kembali.
7. Simpan
botol kultur di rak kultur.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Pembuatan Larutan Stok Kultur Jaringan Tumbuhan
Larutan stok merupakan
larutan yang berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya lebih
tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut dalam formulasi media yang akan
dibuat. Larutan stok biasanya dibuat dengan konsentrasi 10, 100 atau 1000 kali
lebih pekat. Jika larutan stok dibuat, pembuatan media dapat dilakukan dengan
cara mengambil sejumlah larutan stik sehingga konsentrasinya menjadi sesuai
dengan yang terdapat pada formulasi media yang dikehendaki (Yusnita, 2003).
Dalam pembuatan larutan
stok, yang perlu diperhatikan adalah penyatuan beberapa komponen media
sekaligus dalam suatu larutan stok dan harus mempertimbangkan kecocokan dan
kestabilan dari sifat kimianya. Dalam larutan stok yang berisi beberapa
komponen media jangan sampai ada endapan. Hal ini erat kaitannya dengan
ketersediaan hara dalam media eksplan
atau tanaman yang dikulturkan. Setelah larutan stok dibuat, pengambilanya untuk
media dapat dilakukan dengan cara memipet atau menakarnya dengan gelas ukur
(Marlin dkk, 2007).
Pada praktikum kali
ini, senyawa-senyawa di dalam medium MS yang terdiri dari hara makro, hara
mikro, Fe dan nutrien organik ternyata mengalami pengendapan. Pengendapan ini
terlihat jelas pada medium cair, Kebanyakan dari persenyawaan yang mengendap
adalah fosfat dan besi, kemudian dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Ca, K,
N, Zn dan Mn. Menurut Dalton et al (1983) pengendapan ini mungkin saja dapat
terjadi namun karena unsur-unsur tersebut ternyata masih dapat dimanfaatkan
oleh bahan eksplan maka pengaruh pengendapan tersebut masih belum dapat
diketahui. Oleh karena itu untuk mengatasi pengendapan Fe, maka dianjurkan agar
konsentrasi Fe dikurangi sampai 1/3 dengan EDTA yang tetap.
4.2
Pembuatan Media
Pembuatan media yang
digunakan adalah media Murashige &Skoog (MS)Media Murashige &skoog (MS)
terdiri dari komponen-komponen berikut:
1. Garam-garam
anorganik terdiri dari makronutrient (C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg). N
didapatkan dari NO3- atau NH4+ atau asam amino. Mg dan S didapatkan dari
MgSO4.7H2O. P didapat dari NaH2PO4.H2O dan KH2PO4. K didapat dari KCl, K2NO3
atau KH2PO4. K didapatkan dari KCl, K2NO3 atau KH2PO4. Ca didapatkan dari
CaCl2.2H2O atau Ca(NO3)2. Dan Cl dari KCl atau CaCl2. Selain itu dibutuhkan
juga mikronutrient yang terdiri dari Cu, Zn, FeEDTA, B, Mo, Co, dan I.
2. Sumber
karbon yang digunakan adalah sukrosa, sebagai sumber energi. Konsentrasi
sukrosa yang digunakan adalah 20.000- 45.000 mg/L.
3. Asam
amino merupakan sumber N organik. Asam amino yang sering digunakan adalah
glutamine, asparagin, sistein, dan glisin.
4. Vitamin
berfungsi sebagai katalisator dalam sistem enzim dan diperlukan dalam jumlah
kecil. Vitamin yang dibutuhkan pada sebagian besar kultur jaringan tumbuhan
adalah thiamin, yang diberikan dalam bentuk Thiamin-HCl. Vitamin lain yang
biasa digunakan adalah asam nikotinat dan piridoksin HCl (vitamin B6) (Endang
Yuniarti, 2009: 10)
Dari
hasil pengamatan, media yang dibuat kelompok kami masih kurang berhasil karena
setelah disterilisasi dan disimpan di dalam rak kultur ternyata bahan-bahan
penyusun media seperti agar-agarnya masih belum larut dengan sempurna karena
masih terlihat ada gumpalan-gumpalan berwarna putih. Hal ini bisa terjadi
karena beberapa faktor yaitu pengukuran komponen pembuatan media yang
ditambahkan kurang tepat, perataan komponen media dengan menggunakan magnetic
stirer kurang lama sehingga media yang di dapat belum benar-benar homogen
sertapemasakan media yang kurang matang sehingga komponen yang ditambahkan
terutama agar-agar belum tercampur dengan baik.
4.3
Penanaman Eksplan (Biji Kacang Jogo)
Embrio
pada prinsipnya berada dalam keadaan steril. Hal ini disebabkan karena embrio
berada di dalam buah (di dalam biji) terlindung oleh jaringan-jaringan buah dan
biji yang berada di luar embrio, antara lain oleh kulit buah, daging buah dan
kulit biji. Keadaan ini menyebabkan sterilisasi embrio tidak perlu dilakukan.
Sterilisasi permukaan perlu dilakukan pada buah ataupun biji untuk mensterilkan
permukaan buah/biji sehingga pada waktu isolasi embrio tidak terdapat sumber
kontaminan. Karena embrio berada di dalam, sterilisasi dapat dilakukan dengan
perendaman biji dengan larutan fungisida serta larutan chlorox 5% dan 10%.
Media
untuk perkecambahan embrio cukup sederhana. Kebutuhan nutrisi di dalam media
untuk perkecambahan embrio juga lebih sederhana dibandingkan dengan media untuk
tujuan teknik kultur yang lain. Pada prinsipnya media diperlukan untuk
menggantikan peranan endosperm dalam mendukung perkecambahan embrio dan
perkembangan bibit muda mengingat embrio yang ditanam umumnya telah memiliki
radicula dan plumulaMedia yang umum digunakan untuk pengecambahan embrio
adalahMedia MS dalam ½ konsentrasi garam-garamnya (Susilowati, 2001).
Dari
hasil pengamatan pertumbuhan eksplan dari hari pertama hingga hari keempat
ternyata eksplan embrio kacang jogo tidak tumbuh pada media kultur. Hal ini
bisa disebabkan karenabeberapa hal yaitu suhu dan kelembaban ruang kultur yang
tidak stabil, cahaya yang tidak dapat di atur untuk menyala selama 24 jam penuh
dengan intensitas cahaya kurang serta media yang digunakan untuk menanamkan
bahan eksplan sudah terlebih dahulu terkontaminasi oleh mikroorganisme ataupun
jamur. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kontaminasi
tersebut yaitu bahan eksplan yang sudah terkontaminasi, proses pengerjaan yang
tidak steril, alat-alat diseksi yang digunakan tidak disterilkan dengan baik,
ruang kultur yang tidak steril serta banyaknya orang yang berlalu lalang di
dalam ruang kultur. Hal ini sesuai dengan pernyataan George (2008) yang
menyatakan bahwa kontaminan dapat berasal dari eksplan, lingkungan kerja,
ataupun alat inokulasi dimana responnya dapat berlangsung dalam waktu cepat atau
beberapa waktu setelah inokulasi eksplan. Pada umumnya, kontaminasi terjadi
beberapa waktu (misalnya 1 bulan) setelah inokulasi dikarenakan kontaminan
berada di dalam jaringan eksplan dan disebut kontaminan internal dimana
penanggulangannya tidak cukup dengan sterilisasi pada permukaan eksplan.
Biasanya
kontaminan yang paling sering menyerang eksplan adalah bakteri dan fungi.
Respon eksplan terhadap bakteri adalah 2×24 jam, sedangkan respon eksplan
terhadap fungi adalah 1×24 jam. Menurut Irwanto (2006), bakteri yang
mengkontaminasi eksplan akan membentuk gumpalan lumpur pada permukaan medium
dan berwarna kuning atau orange sedangkan fungi berwarna putih dan berbentuk
bulu-bulu halus, biasanya menyerang permukaan ujung atas eksplan.
BAB V
KESIMPULAN
1.
Pada pembuatan larutan
stok perlu diperhatikan penyatuan beberapa komponen media sekaligus dalam suatu
larutan stok dan harus mempertimbangkan kecocokan dan kestabilan dari sifat
kimianya.
2. Untuk
pembuatan media, beberapa faktor yang menyebabkan media tidak sempurna yaitu
perataan komponen media dengan menggunakan magnetic stirer kurang lama sehingga
media yang di dapat belum benar-benar homogen serta pemasakan media yang kurang
matang sehingga komponen yang ditambahkan terutama agar-agar belum tercampur
dengan baik.
3.
Untuk penanaman eksplan ada beberapa faktor
yang menyebabkan eksplan tidak tumbuh salah satunya adalah kontaminasi oleh
mikroorganisme dan fungi, hal ini dapat terjadi karena bahan eksplan yang sudah
terkontaminasi, proses pengerjaan yang tidak aseptis, alat-alat diseksi yang
digunakan tidak disterilkan dengan baik, ruang kultur yang tidak steril serta
banyaknya orang yang berlalu lalang di dalam ruang kultur.
DAFTAR
PUSTAKA
Triastinurmiatiningsih.
2014. Penuntun Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan. Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pakuan Bogor.
Susilowati, Aridan L .Shanti .2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber KontaminasiKultur
In Vitro. Sub-Lab.Biologi
MIPA Pusat UNS. Vol. 2 No. 1 : 110 – 114.
Yusnita, 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. P.T AgromediaPustaka, Tangerang.
Yuniastuti,
Endang. 2012. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan. Surakarta.