TUGAS BIOLOGI KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

5:50:00 AM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kultur Jaringan Tumbuhan merupakan mata kuliah pilihan yang ditempuh mahasiswa untuk melengkapi jumlah SKS yang diperlukan untuk mencapai kelulusan. Kultur jaringan adalah suatu teknik isolasi bagian tanaman (protoplasma, sel, jaringan, dan organ) dan menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap.
Dewasa ini kultur jaringan banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang budidaya tumbuhan, serta perbanyakan tumbuhan sebagai bahan percobaan. Oleh karena itu lapangan pekerjaan dalam bidang kultur terbuka bagi orang yang berkemampuan di bidang ini. Dengan mempelajari tehnik kultur jaringan ini diharapkan mahasiswa mendapatkan pengetahuan serta pengalaman yang dapat digunakan di lembaga-lembaga atau perusahaan yang melibatkan proses kultur tumbuhan.

1.2 Tujuan
            Mengetahui cara melakukan kultur jaringan tumbuhan secara aseptis sesuai prosedur.

1.3 Manfaat
            Mendapatkan wawasan serta pengalaman dalam melakukan kultur jaringan tumbuhan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan
            Laboratorium kultur jaringan penting dijaga keaseptisannya dikarenakan proses kultur tidak akan berjalan baik apabila terdapat kontaminasi dari mikroorganisme yang tumbuh pada media kultur. Oleh karena itu dalam laboratorium perlu fasilitas-fasilitas untuk: mencuci dan menyimpan alat-alat gelas, alat-alat plastik dan alat-alat laboratorium yang lain., alat-alat preparasi, sterilisasi dan penyimpanan medium, alat-alat untuk menunjang mendapatkan material tumbuhan steril., dan fasilitas untuk menyimpan kultur dibawah kondisi terkontrol untuk suhu, cahaya, kelembapan udara dan fasilitas untuk mengamati kultur seperti mikroskop bino maupun monokuler.
Laboratorium kultur jaringan sekurang-kurangnnya terdiri atas tiga ruangan. Ruangan pertama digunakan sebagai dapur untuk preparasi bahan dan alat, termasuk di dalamnya adalah pencucian, pengeringan dan sterilisasi alat serta pembuatan medium beserta strilisasinya. Ruang kedua digunakan untuk aktifitas penanaman atau pemindahan bahan tanaman ke kondisi in-vitro. Ruang ketiga digunakan untuk menyimpan kultur dalam kondisi yang terkendali.
Ruang preparasi
Rungan yang berfungsi untuk membersihkan alat-alat yang diperlukan, ruang penyimpanan bahan-bahan kimia dan alat, juga ruang untuk pekerjaan pembuatan medium.
Ruang Tranfer/Ruang Tanam
Aktivitas di dalam ruang transfer meliputi transfer bahan tanaman dari ex-vitro ke in-vitro atau dari in-vitro ke ex-vitro (subkultur dalam medium baru). Pelaksanaannya harus dilakukan secara aseptis agar dapat menghasilkan kultur yang tidak terkontasminasi mikroorganisme.

Ruang Kultur
Digunakan untuk memelihara dan menginkubasi kultur in-vitro. Dalam ruang  ini cahaya merupakan faktor penting untuk fotosintesis tanaman. Sebagai sumber cahaya digunakan lampu fluorescent.

2.2 Larutan Induk Medium
Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan sangat bergantung pada medium yang digunkan. Medium tidak hanya menyediakan unsur hara makro dan mikro saja tetapi juga menyediakan unsur-unsur organik berupa karbohidrat, vitamin, asam amino, fitohormon dan elemen organik lainnya. Salah satu komposisi medium yang sangat populer adalah medium dari murashige dan skoog (1962)

2.3 Pembuatan Medium
Nutrien anorganik
Merupakan unsurhara yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mg, merupakan bagian molekul klorofil, Ca merupakan komponen penyusun dinding sel, N merupakan bagian penting dari asam amino, vitamin-vitamin, protein dan asam nukleat. Sama halnya dengan Fe, Zn, dan Mo dalam bagian enzim-enzim tertentu. Disamping itu C, H, O, serta 12 unsur yang dikenal sebagai unsur-unsur esential untuk pertumbuhan tanaman yaitu N, P, S, Ca, K, Mn, Fei, Mn, Cu, Zn, Bo, dan Mo. Dari 12 unsur ini, 6 unsur dibutuhkan dalam jumlah besar karena itu disebut unsur-unsur makro. 6 unsur lainnya hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga disebut sebagai unsur-unsur mikro.
Nutrien Organik
Dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman in-vitro. Dilaporkan bahwa thitamin (vit B1) terbukti merupakan suatu bahan penting pada petumbuhan sel. Vitamin-vitamin lainnya khususnya pyridoxin (vit. B6), asam nikotinat (vit B3) serta kalsium penthotenat (vit B5) dan inositol juga terbukti bisa meningkatkan pertumbuhan bahan-bahan tanaman dalam medium kultur.
Nutrien organik merupakan sumber karbon yang merupkan komponen penting. Berfungsi sebagai stabilisator osmotic agar sel-sel atau jaringan dalam kultur tidak mengalami plasmolisis. Ditambahkan pula ZPT yaitu zat pengatur tumbuh serta agar untuk memadatkan media kultur.

2.4 Sterilisasi Bahan Tanaman
Dilakukan untuk membunuh kontaminan yang berada dalam bahan tanaman dengan menggunakan bahan sterillan. Sterilisasi bahan bergantung pada beberapa hal seperti jenis tanaman, asal tanaman, dan bagian tanaman. Demikian pula waktu yang dibutuhkan bergantung pada hal di atas.

2.5 Tehnik Inokulasi
Keuntungan dari tehnik ini yaitu mendapatkan tumbuhan yang sifatnya sama dengan induknya. Perbanyakan dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu morfogenesis langsung (akan membentuk tunas adventif) )dan tidak langsung (menjadi tunas adventif melalui tahapn kalus).

2.6 Tehnik Subkultur
Setelah tumbuhan baru tumbuh maka selanjutnya diterapakan tehnik subkultur. Bahan tanaman dipisah-pisahkan kemudian dipindahkan kemedia baru dengan menggunakan spatula (untuk kalus) atau pinset. Bahan tanaman yang dipindah dapat berupa kalus atau organ.

2.7 Aklimitasi
Tahap terakhir dari perbanyakan  tanaman melalui kultur in-vitro adalah tahap aklimitasi. Aklimitasi merupakan suatu tahapan adaptasi tanaman hasil kultur jaringan dari kondisi invitro ke ex-vitro

BAB III
METODE KERJA


3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan setiap hari jumat, bulan Oktober-Desember, pukul 08.00-11.30 di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Pakuan Bogor.

3.2 Alat dan Bahan
            Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah alat diseksi (pisau,pinset,scalpel), oven, autoclave, alumunium foil, gelas piala, timbangan elektrik, laminair air flow cabinet, PHmeter, pipet, botol kultur, labu ukur, magnetic steerer, kertas label, kompor, panci.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah alkohol 70%, aquades, chlorox 5% dan 10%, agar-agar, berbagai komponen medium (hara makro, hara mikro, larutan Fe, nutrien organik), zat pengatur tumbuh, kacang jogo (bahan eksplan).

3.3 Pengenalan Lab Kultur Jaringan
1.      Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang masing-masing beranggotakan tidak lebih dari 5 orang.
2.      Masing-masing kelompok dipandu oleh dosen/asisten praktikum untuk diperkenalkan pada alat-alat dalam laboratorium kultur jaringan serta fungsi alat-alat tersebut.
3.      Untuk alat-alat yang sifatnya khusus untuk laboratorium kultur jaringan, mahasiswa diwajibkan menggambarnya.

3.4 Tehnik Aseptis
Sterilisasi Lingkungan Kerja
1.      Gunakan jas praktikum saat akan melaksanakan praktikum.
2.      Dibersihkan dahulu menggunakan desinfektan tempat kita akan melakukan aktifitas dan jaga agar tidak banyak orang yang berlalu lalang.
3.      Bersihkan kotak tanam menggunakan alkohol 70%, selanjutnya ditutup dan nyalakan lampu germicidal sekurang-kurangnya 2 jam sebelum digunakan.
4.      Dalam kotak tanam diisi alat-alat pinset, scalpel, gunting dalam keadaan steril, disamping itu juga dimasukan lampu spirtus dan alkohol 90%.

Sterilisasi Wadah/Botol Kultur
1.      Wadah kultur berupa botol kultur, erlenmeyer, cawan petri, atau tabung reaksi dicuci bersih menggunakan detergen cair.
2.      Wadah kultur yang sudah bersih dimasukan kedalam oven dalam posisi terbalik dan sterilkan pada suhu 1500C selama 2 jam .
3.      Wadah kultur siap digunakan.
Sterilisasi Alat-Alat Diseksi
1.      Alat berupa pisau, pinset, gunting dicuci menggunakan detergen cair sampai bersih.
2.      Dibungkus satu persatu menggunakan kertas, demikian juga untuk sterilisasi kertas saring dibungkus dengan kertas.
3.      Masukan kedalam autoclave dan sterilkan pada suhu 1500C tekanan 15 psi selama 25 menit.
4.      Alat-alat siap digunakan .

3.5 Pembuatan Larutan Induk Medium
Pembuatan 500 ml Larutan Induk Hara Makro :
1.      Siapkan erlenmeyer, masukan kedalamnya aquades 300 ml dan aduk menggunakan magnetic steerer, satu persatu elemen penyusun hara makro ditimbang dan dimasukan kedalam erlenmeyer.
2.      Setelah semua elemen dimasukan pindahkan ke labu takar ukuran 500 ml dan tambahkan aquades sampai tanda tera .
3.      Selanjutnya simpan dalam wadah kultur gelas berwarna gelap dan berikan label .
Pembuatan 250 ml Larutan Induk Hara Mikro:
1.      Siapkan erlenmeyer ukuran 500 ml, masukan kedalamnya aquades 100 ml dan aduk menggunakan magnetic steerer, satu persatu elemen penyusun hara mikro ditimbang dan dimasukan dan dimasukan kedalam erlenmeyer.
2.      Setelah semua elemen dimasukan pindahkan ke labu takar ukuran 250 ml dan tambahkan aquades sampai tanda tera.
3.      Selanjutnya simpan dalam wadah kultur gelas berwarna gelap dan berikan label .
Pembuatan 250 ml Larutan Induk FeEDTA :
1.      Larutkan FeSO4. 7 H2O dan Na2 EDTA . 2 H2O secara terpisah untuk pembuatan larutan induk 250 ml dalam air destilasi dengan pemanas dan dengan pengaduk konstan.
2.      Campurkan kedua larutan, Phdiatur sampai 5,5dan tambahkan air destilasi hingga volume mencapai 250 ml.
3.      Selanjutnya simpan dalam wadah kultur gelas berwarna gelap dan berikan label .
Pembuatan 250 ml Larutan Induk Nutrien Organik :
1.      Siapkan erlenmeyer ukuran 500 ml, masukan kedalamnya aquades 100 ml dan aduk menggunakan magnetic steerer, satu persatu elemen penyusun nutrien organik  ditimbang dan dimasukan dan dimasukan kedalam erlenmeyer.
2.      Setelah semua elemen dimasukan pindahkan ke labu takar ukuran 250 ml dan tambahkan aquades sampai tanda tera .
3.      Selanjutnya simpan dalam wadah kultur gelas berwarna gelap dan berikan label


3.6 Pembuatan Medium
1.      Siapkan erlenmeyer ukuran 1000 ml dan isi dengan aquades kurang lebih 1/3 dari total volume medium yang akan dibuat.
2.      Secara berturut-turut dimasukan larutan induk hara makro, hara mikro, FeEDTA, larutan induk nutrien organik (myo-inositol) dan vitamin sesuai volume medium, selama memasukan larutan isi erlenmeyer harus terus diasuk menggunakan magnetic stirer.
3.      Tambahkan zat pengatur tumbuh sesuai kebutuhan.
4.      Pindahkan larutan ke labu takar dan tambahkan aquades sampai mendekati tanda tera dan atur ph antara 5,6-5,8. Apabila terlalu asam tambahkan HCL 0,1 N, jika terlalu basa tambahkan NaOH 0,1 N.
5.      Tempatkan media sampai tanda tera dengan menambahkan aquades.
6.      Tuangkan kembali ke dalam erlenmeyer lalu tambahkan agar-agar yang sudah ditimbang sesuai kebutuhan.
7.      Panaskan media sampai agar-agar larut.
8.      Medium dibagikan dalam wadah kultur sesuai volume yang ada kurang lebih 1/5 volume botol kultur yang digunakan. Wadah kultur kemudian ditutup menggunakan alumunium foil .
9.      Wadah-wadah kultur yang sudah berisi medium kemudian dipindahkan ke kernjang yang sesuai dan selanjutnya disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 1210 C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
10.   Setelah 15 menit, medium dibiarkan dingin sampai temperatur 600 C baru kemudian dituangkan kedalam wadah kultur dibawah kondisi aseptik.
11.   Medium dibiarkan dingin sampai temperatur kamar dan selanjutnya disimpan pada temperatur 40 C .

3.7 Penanaman Eksplan
1.      Masukan bahan tanaman yang sudah steril, alat-alat diseksi (pisau,gunting,scalpel dan pinset) dalam wadah steril, beberapa cawan petri steril, alkohol 70% kedalam laminair air flow cabinet. Sebelumnya matikan lampu germicidal dan nyalakan lampu serta blower.
2.      Sebelum tangan masuk kedalam laminair semprot terlebih dahulu dengan alkohol 70%.
3.      Letakan dengan pinset (dibakar dulu dengan api spiritus) kacang jogo yang sudah disterilisasi dalam cawan petri.
4.      Kupas bagian kulit kacang dan daging buah menggunakan pinset steril, kemudian ambil embrio kacang jogo yang akan dijadikan bahan eksplan.
5.      Ambil botol kultur yang sudah disiapkan, buka didepan nyala api dan dengan menggunakan pinset letakan eksplan pada medium agar dengan posisi berdiri tegak .
6.      Setelah itu sisi botol kultur dibakar agar tetap steril lalu ditutup kembali rapat-rapat hingga alumunium foilnya tidak dapat bergeser-geser kembali.
7.      Simpan botol kultur di rak kultur.

BAB IV
PEMBAHASAN


4.1 Pembuatan Larutan Stok Kultur Jaringan Tumbuhan
Larutan stok merupakan larutan yang berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut dalam formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok biasanya dibuat dengan konsentrasi 10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan stok dibuat, pembuatan media dapat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik sehingga konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat pada formulasi media yang dikehendaki (Yusnita, 2003).
Dalam pembuatan larutan stok, yang perlu diperhatikan adalah penyatuan beberapa komponen media sekaligus dalam suatu larutan stok dan harus mempertimbangkan kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya. Dalam larutan stok yang berisi beberapa komponen media jangan sampai ada endapan. Hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan hara  dalam media eksplan atau tanaman yang dikulturkan. Setelah larutan stok dibuat, pengambilanya untuk media dapat dilakukan dengan cara memipet atau menakarnya dengan gelas ukur (Marlin dkk, 2007).
Pada praktikum kali ini, senyawa-senyawa di dalam medium MS yang terdiri dari hara makro, hara mikro, Fe dan nutrien organik ternyata mengalami pengendapan. Pengendapan ini terlihat jelas pada medium cair, Kebanyakan dari persenyawaan yang mengendap adalah fosfat dan besi, kemudian dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Ca, K, N, Zn dan Mn. Menurut Dalton et al (1983) pengendapan ini mungkin saja dapat terjadi namun karena unsur-unsur tersebut ternyata masih dapat dimanfaatkan oleh bahan eksplan maka pengaruh pengendapan tersebut masih belum dapat diketahui. Oleh karena itu untuk mengatasi pengendapan Fe, maka dianjurkan agar konsentrasi Fe dikurangi sampai 1/3 dengan EDTA yang tetap.

4.2 Pembuatan Media
Pembuatan media yang digunakan adalah media Murashige &Skoog (MS)Media Murashige &skoog (MS) terdiri dari komponen-komponen berikut:
1.      Garam-garam anorganik terdiri dari makronutrient (C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg). N didapatkan dari NO3- atau NH4+ atau asam amino. Mg dan S didapatkan dari MgSO4.7H2O. P didapat dari NaH2PO4.H2O dan KH2PO4. K didapat dari KCl, K2NO3 atau KH2PO4. K didapatkan dari KCl, K2NO3 atau KH2PO4. Ca didapatkan dari CaCl2.2H2O atau Ca(NO3)2. Dan Cl dari KCl atau CaCl2. Selain itu dibutuhkan juga mikronutrient yang terdiri dari Cu, Zn, FeEDTA, B, Mo, Co, dan I.
2.      Sumber karbon yang digunakan adalah sukrosa, sebagai sumber energi. Konsentrasi sukrosa yang digunakan adalah 20.000- 45.000 mg/L.
3.      Asam amino merupakan sumber N organik. Asam amino yang sering digunakan adalah glutamine, asparagin, sistein, dan glisin.
4.      Vitamin berfungsi sebagai katalisator dalam sistem enzim dan diperlukan dalam jumlah kecil. Vitamin yang dibutuhkan pada sebagian besar kultur jaringan tumbuhan adalah thiamin, yang diberikan dalam bentuk Thiamin-HCl. Vitamin lain yang biasa digunakan adalah asam nikotinat dan piridoksin HCl (vitamin B6) (Endang Yuniarti, 2009: 10)
            Dari hasil pengamatan, media yang dibuat kelompok kami masih kurang berhasil karena setelah disterilisasi dan disimpan di dalam rak kultur ternyata bahan-bahan penyusun media seperti agar-agarnya masih belum larut dengan sempurna karena masih terlihat ada gumpalan-gumpalan berwarna putih. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu pengukuran komponen pembuatan media yang ditambahkan kurang tepat, perataan komponen media dengan menggunakan magnetic stirer kurang lama sehingga media yang di dapat belum benar-benar homogen sertapemasakan media yang kurang matang sehingga komponen yang ditambahkan terutama agar-agar belum tercampur dengan baik.

4.3 Penanaman Eksplan (Biji Kacang Jogo)
            Embrio pada prinsipnya berada dalam keadaan steril. Hal ini disebabkan karena embrio berada di dalam buah (di dalam biji) terlindung oleh jaringan-jaringan buah dan biji yang berada di luar embrio, antara lain oleh kulit buah, daging buah dan kulit biji. Keadaan ini menyebabkan sterilisasi embrio tidak perlu dilakukan. Sterilisasi permukaan perlu dilakukan pada buah ataupun biji untuk mensterilkan permukaan buah/biji sehingga pada waktu isolasi embrio tidak terdapat sumber kontaminan. Karena embrio berada di dalam, sterilisasi dapat dilakukan dengan perendaman biji dengan larutan fungisida serta larutan chlorox 5% dan 10%.
            Media untuk perkecambahan embrio cukup sederhana. Kebutuhan nutrisi di dalam media untuk perkecambahan embrio juga lebih sederhana dibandingkan dengan media untuk tujuan teknik kultur yang lain. Pada prinsipnya media diperlukan untuk menggantikan peranan endosperm dalam mendukung perkecambahan embrio dan perkembangan bibit muda mengingat embrio yang ditanam umumnya telah memiliki radicula dan plumulaMedia yang umum digunakan untuk pengecambahan embrio adalahMedia MS dalam ½ konsentrasi garam-garamnya (Susilowati, 2001).
            Dari hasil pengamatan pertumbuhan eksplan dari hari pertama hingga hari keempat ternyata eksplan embrio kacang jogo tidak tumbuh pada media kultur. Hal ini bisa disebabkan karenabeberapa hal yaitu suhu dan kelembaban ruang kultur yang tidak stabil, cahaya yang tidak dapat di atur untuk menyala selama 24 jam penuh dengan intensitas cahaya kurang serta media yang digunakan untuk menanamkan bahan eksplan sudah terlebih dahulu terkontaminasi oleh mikroorganisme ataupun jamur. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kontaminasi tersebut yaitu bahan eksplan yang sudah terkontaminasi, proses pengerjaan yang tidak steril, alat-alat diseksi yang digunakan tidak disterilkan dengan baik, ruang kultur yang tidak steril serta banyaknya orang yang berlalu lalang di dalam ruang kultur. Hal ini sesuai dengan pernyataan George (2008) yang menyatakan bahwa kontaminan dapat berasal dari eksplan, lingkungan kerja, ataupun alat inokulasi dimana responnya dapat berlangsung dalam waktu cepat atau beberapa waktu setelah inokulasi eksplan. Pada umumnya, kontaminasi terjadi beberapa waktu (misalnya 1 bulan) setelah inokulasi dikarenakan kontaminan berada di dalam jaringan eksplan dan disebut kontaminan internal dimana penanggulangannya tidak cukup dengan sterilisasi pada permukaan eksplan.
            Biasanya kontaminan yang paling sering menyerang eksplan adalah bakteri dan fungi. Respon eksplan terhadap bakteri adalah 2×24 jam, sedangkan respon eksplan terhadap fungi adalah 1×24 jam. Menurut Irwanto (2006), bakteri yang mengkontaminasi eksplan akan membentuk gumpalan lumpur pada permukaan medium dan berwarna kuning atau orange sedangkan fungi berwarna putih dan berbentuk bulu-bulu halus, biasanya menyerang permukaan ujung atas eksplan.

BAB V
KESIMPULAN


1.      Pada pembuatan larutan stok perlu diperhatikan penyatuan beberapa komponen media sekaligus dalam suatu larutan stok dan harus mempertimbangkan kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya.
2.      Untuk pembuatan media, beberapa faktor yang menyebabkan media tidak sempurna yaitu perataan komponen media dengan menggunakan magnetic stirer kurang lama sehingga media yang di dapat belum benar-benar homogen serta pemasakan media yang kurang matang sehingga komponen yang ditambahkan terutama agar-agar belum tercampur dengan baik.
3.       Untuk penanaman eksplan ada beberapa faktor yang menyebabkan eksplan tidak tumbuh salah satunya adalah kontaminasi oleh mikroorganisme dan fungi, hal ini dapat terjadi karena bahan eksplan yang sudah terkontaminasi, proses pengerjaan yang tidak aseptis, alat-alat diseksi yang digunakan tidak disterilkan dengan baik, ruang kultur yang tidak steril serta banyaknya orang yang berlalu lalang di dalam ruang kultur.

 DAFTAR PUSTAKA

Triastinurmiatiningsih. 2014. Penuntun Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan. Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pakuan Bogor.


Susilowati, Aridan L .Shanti .2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber KontaminasiKultur In Vitro. Sub-Lab.Biologi MIPA Pusat UNS. Vol. 2 No. 1 : 110 – 114.


Yusnita, 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. P.T AgromediaPustaka, Tangerang.



Yuniastuti, Endang. 2012. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan. Surakarta.
Previous
Next Post »
0 Komentar

Unggulan Post

Warna Feses Bisa Menunjukkan Kondisi Kesehatan Anda.

Karikatur Fese dalam usus manusia  Feses merupakan hasil kotoran dari proses pencernaan. Kotoran ini terdiri dari sisa-sisa makanan yang tid...